Jakarta, CNN Indonesia -- Ridwan, pengemudi
ojek online, masih berbincang dengan kawannya di depan rumah makan cepat saji kawasan Cipayung, Jakarta Timur. Siang itu tak seperti biasanya, karena harus mencari orderan tanpa penumpang kala
pandemi Covid-19.
Sesekali dia mengecek gawai, barangkali ada pesanan yang masuk. "Ya, di sini saja nunggu orderan," ujarnya, Selasa (2/6).
Selama penerapan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), para pengemudi ojol hanya boleh mengantarkan makanan atau barang, tidak boleh mengangkut penumpang.
Ridwan memahami kebijakan tersebut, namun ia tetap berharap pemerintah memikirkan nasib ojol yang mulai kesulitan membayar cicilan motor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak yang sudah mulai susah bayar cicilan motor. Ini saya juga begitu," katanya.
Dia masih ingat ketika pandemi virus corona belum mewabah di Indonesia. Ketika itu, dalam sehari minimal dia mengantongi Rp150 ribu. Kini pendapatannya menurun karena akses mencari rezeki dibatasi.
"Paling kecil pego (Rp150 ribu sebelum pandemi). Paling gede cepek (Rp100 ribu saat pandemi)," ujarnya.
 Sejumlah pengemudi ojek online mengantre untuk mendapatkan bantuan paket sembako di Pasar Mitra Tani, Cimanggu, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/4/2020). (ARIF FIRMANSYAH/ARIF FIRMANSYAH) |
Dia pun menyiasati kekurangan itu dengan mengangkut penumpang di luar aplikasi. Sudah lima kali cara itu dia lakukan selama pandemi.
"Tapi itu bukan kita yang tawarin. Dia (penumpang) yang manggil. Namanya kita ada orderan, ya kita bawa," ujar Ridwan.
Tidak hanya Ridwan yang melakukannya, pengemudi ojol lainnya pun sama. Wanton mengaku pernah sekali waktu mengantarkan penumpang.
"Pernah waktu itu saudara minta
dianterin. Ya sudah daripada enggak ada (penumpang), lumayan," ujar dia saat ditemui dalam kesempatan yang sama.
Hingga kini pemerintah belum membuka kesempatan bagi pengemudi ojol untuk mengangkut penumpang kembali jelang penerapan new normal.
Pakar Kesehatan Masyarakat, Hermawan sebelumnya mengatakan masyarakat yang menggunakan transportasi umum tertutup seperti KRL, MRT, atau Transjakarta lebih rentan akan transmisi virus corona dibanding mereka yang menggunakan jasa ojek online atau pun ojek konvensional.
"Kalau dalam satu ruang tertutup, ada AC dan kedekatan satu sama lain, ini yang lebih rawan kalau tidak betul-betul dilakukannya jaga jarak, memakai masker, dan menjaga kebersihan," ujarnya kepada
CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Ridwan maupun Wanton berharap pemerintah memikirkan dengan bijak setiap kebijakan di tengah pandemi, khususnya mereka yang bekerja sebagai pengemudi ojol.
(ndn/pmg)
[Gambas:Video CNN]