Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengkritik langkah kepolisian memeriksa Ismail Ahmad setelah mengunggah kutipan Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Fadli meragukan Indonesia masih menganut demokrasi. Keraguan itu muncul karena dia merasa aneh mengutip lelucon dari Gus Dur saja sudah langsung berurusan dengan kepolisian.
"Inilah salah satu contoh menunjukkan kita makin jauh dr demokrasi n mendekati otoritarianisme. Mengutip Gus Dur saja bisa urusan dg polisi. Kok masih berani bilang negara demokrasi," kata Fadli dalam akun Twitter resmi @fadlizon, Kamis (18/6)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam akunnya itu, Fadli juga mengomentari cuitan Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Hinca Pandjaitan yang menyindir tindakan polisi itu dengan mengunggah buku berjudul BNN Bubar atau Sangar?.
Hinca menunjukkan ia pernah mengutip lelucon Gus Dur soal polisi dalam buku itu. Fadli pun membalasnya dengan membandingkan kebebasan berpendapat di dua masa pemerintahan.
"Harus diakui dg obyektif, zaman P @SBYudhoyono , Indonesia jauh lebih demokratis," cuit Fadli membalas cuitan Hinca.
Sebelumnya, seorang pria bernama Ismail Ahmad di Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul) Maluku Utara diamankan kepolisian karena statusnya di Facebook soal kepolisian.
Ismail menulis, "Hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia: patung polisi, polisi tidur, dan Jenderal Hoegeng," di laman Facebook-nya. Kalimat itu adalah salah satu guyonan populer dari Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Tindakan polisi itu menuai kritik dari banyak pihak. Bahkan putri Gus Dur, Alissa Wahid, menyindir kepolisian.
"Harusnya kalau polisi mau menuntut, menuntut Gus Dur, karena dia mengutip lelucon Gus Dur," ujar Alissa saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (17/6).
(ain/dhf/ain)