Ahli Beri Saran Tekan Angka Kematian Covid-19 Jatim

CNN Indonesia
Minggu, 28 Jun 2020 18:53 WIB
Warga antre untuk mengikuti tes diagnostik cepat (Rapid Test) COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ngagel, Surabaya, Jawa Timur, Senin (8/6/2020). Badan Intelijen Negara (BIN) terus melakukan tes diagnostik cepat (Rapid Test) dan tes usap (Swab Test) COVID-19  terhadap warga Kota Surabaya sejak Jumat (29/5/2020) untuk memutus rantai penularan COVID-19. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/wsj.
Ilustrasi penanganan corona di Jawa Timur. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Windhu Purnomo menyebut, salah satu penyebab angka kematian pasien positif virus corona (Covid-19) di Jawa Timur tinggi adalah karena kapasitas isolasi di rumah sakit yang tidak sebanding dengan pertambahan pasien konfirmasi positif. 

Untuk menekan peningkatan angka kematian pasien positif corona itu, kata dia, pemerintah harus memperketat pengendalian penularan kasus corona di masyarakat. 

"Jadi memang kematian tinggi itu karena memang RS kita sudah overcapacity, sudah lewat batas. Sekarang pasien itu ngantri masuk rumah sakit, perawatan tidak optimal. Kalau hulu (penularan) bisa dicegah, ya kematian berkurang," kata dia saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (28/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengendalian penularan kasus, menurutnya dapat dilakukan dengan cara testing dan tracing yang massif di masyarakat. Dengan begitu, pasien yang diketahui positif bisa langsung ditangani dan tidak menularkan ke orang lain.

"Jadi pemerintah harus mencari kasus baru melalui testing yang makin massif, supaya kasus bisa dikunci sehingga tidak menulari orang," kata dia.


Selain itu, kata dia, kebijakan lain yang dapat dilakukan untuk mencegah masifnya penularan corona dan membuat angka kematian menjadi tinggi, adalah pengendalian kepatuhan warga atas protokol kesehatan.

"Pengendalian kepatuhan warga itu harus dengan aturan, sanksi. Sanksi yang bersifat membuat jera. Bukan pidana, entah denda atau sanksi lain. Kalau enggak begini terus," kata dia.

Ia mengatakan, beberapa waktu lalu, angka reproduksi efektif atau tingkat penularan (Rt), Jawa Timur, sempat berada di bawah 1. Namun, angka itu kembali naik ketika pemerintah memutuskan untuk menuju tatanan kehidupan baru alias new normal.

"Ini harus diantisipasi agar tidak melonjak lagi. Daerah merah di Jatim saja sudah bertambah lagi, pergerakan antar manusia antar daerah terjadi tanpa kontrol, orang enggak ada statusnya sekarang," ucap dia.

Berdasarkan data harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada Sabtu hingga pukul 12.00 WIB, kasus positif Covid-19 di Jawa Timur mencapai 11.178 kasus. Dari jumlah itu, 3.619 pasien dinyatakan sembuh dan 813 orang meninggal dunia.

Jika dihitung dari data itu, case fatality rate atau tingkat kematian corona di Jawa Timur mencapai 7,2 persen. Angka itu lebih tinggi sekitar 2 persen dari case fatality rate secara nasional.

Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak sebelumnya menduga penyakit komorbid jadi salah satu faktor yang membuat kasus kematian karena Covid-19 atau corona di Jawa Timur tinggi.

"Angka kematian di Jatim tinggi sekali, bukan hanya tinggi. Bukan hanya [kasus] positif, tapi kematian. Yang kami khawatirkan banyak pasien komorbid," tuturnya melalui konferensi video, Sabtu (27/6).

(yog/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER