Sejumlah pedagang di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, sontak memakai masker mereka ketika melihat beberapa petugas keamanan datang pada Sabtu (4/7).
Mereka yang sudah menempelkan masker di dagunya pun lantas langsung memperbaiki penempatan masker di posisi yang benar, menutupi mulut hingga hidung.
"Pake maskernya, ada petugas patroli tuh," teriak salah seorang pedagang kepada temannya mengingatkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pagi itu ada sekitar 10 petugas babinsa dari unsur TNI, sekuriti pasar, serta pengelola berkeliling. Perintah mereka sederhana, hanya menekankan agar para pedagang mematuhi protokol kesehatan dan memakai masker.
Tidak ada permintaan lain lantaran kondisi pasar yang sudah tidak terlalu ramai dan aturan soal ganjil-genap pembukaan gerai pun sudah dihapuskan.
Pasar memang menjadi salah satu area yang diawasi secara fokus pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi fase kedua. Pasalnya, pasar berpotensi menjadi pusat penyebaran virus corona (Covid-19).
Namun banyak pedagang di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, memang mengeluhkan penerapan protokol kesehatan selama masa pandemi virus Corona (Covid-19) saat ini. Sesekali mereka mengendurkan penerapannya apabila tidak ada petugas yang menegur.
Salah seorang pedagang warung kopi (warkop) yang menjajaki usahanya di dalam Pasar Kramat Jati mengaku 'gerah' memakai masker lama-lama lantaran kodisi pasar yang panas.
"Panas mas, jadi biasa pakainya kalau ada petugas lagi patroli aja kan," kata Usman saat berbincang dengan CNNIndonesia.com dengan kondisi memakai masker di dagu wajahnya.
Dia menerangkan, bahwa biasanya pedagang yang tidak taat protokol kesehatan bakal diminta untuk kerja sosial di wilayah pasar seperti menyapu atau membersihkan fasilitas umum lainnya.
Beberapa temannya pun sempat diminta melakukan hal itu selama PSBB di Jakarta berlangsung.
![]() |
Usman yang sudah berjualan di pasar itu selama puluhan tahun mengatakan bahwa pengelola pasar sebenarnya juga telah memberikan face shield atau pelindung wajah bagi para pedagang.
"Sebenarnya ada juga dikasih itu (penutup wajah) cuma ya gimana kalau panas," cetus Usman di warung kopi miliknya.
Bukan hanya Usman yang mengeluhkan penggunaan masker itu. Pedagang lain, Lia juga mengatakan hanya mengenakan face shield dan masker secara tepat ketika ramai pengunjung.
Hanya saja, semenjak pandemi corona ini memang kondisi pasar tidak seramai hari-hari biasa, diakuinya. Sehingga, menurut dia penggunaan masker jadi tidak efektif karena dia jarang berinteraksi dengan pengunjung.
"Saya pakainya pagi tadi saja waktu ramai, sekarang begini sepi mah buat apa," kata Lia kepada CNNIndonesia.com, sekitar pukul 09.20 WIB.
Sepi pengunjung itu pun dikatakan Lia karena pengelola hanya membuka satu pintu pintu masuk menuju pasar.
"Pintu situ (tunjuk Lia ke arah pintu masuk Selatan Pasar) sudah ditutup sejak pukul 8. Pengunjung jadi paling pada belanja di bawah," lanjut Lia bercerita.
Jika dilihat, petugas sekuriti sebenarnya beberapa kali mengingatkan para pedagang untuk mematuhi protokol kesehatan dan memakai face shield selama berjualan.
Biasanya, mereka akan mengingatkan melalui toa atau pengeras suara.
Setiap pengunjung juga diharuskan untuk melakukan cuci tangan dan melalui pengecekan suhu tubuh oleh petugas keamanan. Tempat pencucian tangan pun tersedia banyak di sudut-sudut pasar sehingga mudah dijangkau.
Selain itu, di lantai pun terdapat tanda-tanda silang untuk mengatur jarak antar pembeli. Meskipun, tanda-tanda itu tidak efektif ketika pembeli yang berdatangan sudah menumpuk.
Pada pelaksanaan PSBB transisi fase pertama, ada 19 pasar di Jakarta yang ditutup karena sejumlah pedagang terpapar virus corona. Sementara, berdasarkan data Pasar Jaya, per Selasa (30/6), jumlah pedagang yang positif virus corona mencapai 142 orang.
Oleh karena itu, Pemprov DKI berencana memperketat pengawasan di pasar dengan mengerahkan personel TNI dan kepolisian. Nantinya jumlah pengunjung juga harus dibatasi 50 persen dari kapasitas pasar.
(mjo/stu)