Pemerintah Sebut Istilah 'New Normal' Pandemi Covid-19 Keliru

CNN Indonesia
Sabtu, 11 Jul 2020 00:57 WIB
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto memberikan keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (19/3/2020). Berdasarkan data pemerintah hingga Kamis (19/3), jumlah kasus positif COVID-19 mencapai 309 kasus di 16 provinsi se-Indonesia, sementara jumlah pasien sembuh mencapai 15 orang dan kasus meninggal dunia mencapai 25 orang. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Corona (Covid-19), Achmad Yurianto. (ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Corona (Covid-19), Achmad Yurianto, mengakui bahwa istilah new normal yang sering digunakan selama pandemi Covid-19 adalah diksi yang salah.

Pernyataan itu disampaikan Yuri saat menjadi pembicara dalam acara peluncuran buku 'Menghadang Corona: Advokasi Publik di Masa Pandemi' karya anggota DPR dari Fraksi PAN Saleh Daulay di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Jumat (10/7).

Menurutnya, diksi yang benar adalah adaptasi kebiasaan baru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Diksi new normal itu sebenarnya di awal diksi itu segera kita ubah, waktu social distancing itu diksi yang salah, dikritik langsung kita ubah, new normal itu diksi yang salah, kemudian kita ubah adaptasi kebiasaan baru tapi echo-nya nggak pernah berhenti, bahkan di-amplify ke mana-mana, gaung tentang new normal itu ke mana-mana," kata Yuri.

Oleh karena itu, ia berkata pemerintah menggunakan istilah adaptasi kebiasaan baru saat ini. Terlebih, menurutnya, penggunaan istilah new normal dianggap masyarakat kembali berkegiatan seperti biasa tanpa memperhatikan protokol kesehatan.

"Tidak pernah berhenti gaung new normal di mana-mana dan kemudian dikedepankan bukan new-nya tapi normal-nya. Padahal ini sudah kita perbaiki dengan adaptasi kebiasaan baru yang menjadi masalah risk komunikasi," ucap Yuri.

Ia juga masyarakat bingung dengan perubahan istilah dalam penanganan Covid-19. Namun, menurutnya, hal itu merupakan risiko komunikasi yang dihadapinya sebagai jubir pemerintah.

Yuri juga menyampaikan akan terus berupaya menyampaikan informasi yang dibutuhkan masyarakat.

"Ini yang menjadi sulit karena posisi kami jadi jubir harus menjawab apa yang dibutuhkan masyarakat terkait informasi," tutur dia.

(mts/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER