Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengakui ada penambahan tingkat positif kasus COVID-19 di Ibu Kota. Namun ia mengklaim angka penambahan masih di bawah rerata nasional.
"Angka positive rates kami (Jakarta) adalah 5,2 persen, ini di bawah angka rerata nasional yang sebesar 12,3 persen," kata Anies seperti dikutip dari Antara, Sabtu (25/7).
Menurut Anies, angka penambahan kasus corona Jakarta hanya sedikit di atas rekomendasi ideal WHO, yaitu 5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi, angka tersebut masih jauh di bawah batas maksimal yang pernah disampaikan WHO, yaitu 10 persen.
"Angka kita (Jakarta) adalah 5,2 persen," ujar Anies.
Ia menjelaskan angka kasus positif COVID-19 di DKI Jakarta per Jumat (24/7) sampai dengan pukul 10.00 WIB, berjumlah 18.365 kasus. Dengan kata lain, ada ada penambahan 297 dari hari sebelumnya.
Dari seluruh kasus positif itu katanya, 11.552 atau 63 persen di antaranya sudah dinyatakan sembuh. Sementara itu, 6.058 lainnya adalah kasus aktif atau masih dirawat atau melakukan isolasi diri.
Sedangkan untuk jumlah yang meninggal dunia di Jakarta sampai dengan saat ini tercatat 755 orang.
"Tingkat tingkat kematiannya (fatality case) di Jakarta ini adalah 4,1 persen, dengan rata-rata global yang juga 4,1 persen, dan ini di bawah rata-rata nasional yang sebesar 4,9 persen," jelasnya.
Angka tersebut, lanjut Anies, belum menunjukkan Jakarta aman dari COVID-19. Masyarakat masih harus waspada karena dalam minggu terakhir ini nilai penambahan kasus positif menunjukkan tren yang meningkat.
Pemprov DKI Jakarta mencatat, tiga minggu lalu, nilai positivity rate di Ibu Kota adalah 4,8 persen.
Lalu dua minggu yang lalu naik menjadi 5,2 persen, lalu seminggu terakhir ini menjadi 5,9 persen.
"Jadi kita harus waspada, 4,8, lalu 5,2, dan 5,9. Nah di satu sisi kapasitas testing Jakarta, kemampuan kita melakukan testing itu ditingkatkan," katanya.
Ia mengatakan, Pemprov DKI Jakarta gencar melakukan penemuan kasus (active case finding) untuk menemukan kasus-kasus positif. Bahkan 30 persen dari temuan kasus positif di Jakarta kini adalah hasil dari 'active case finding' yang dilakukan Puskesmas.
Puskesmas menemukan kira-kira 30 persen dari kasus positif, lalu 20 persen adalah hasil penelusuran kontak (contact tracing) dari kasus yang sudah ditemukan positif sebelumnya.
"Jadi puskesmas ini berburu kasus positif di masyarakat," ujarnya.
(antara/agt)