Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyayangkan adanya sekelompok masyarakat yang tidak percaya akan adanya pandemi virus corona Covid-19, di tengah Indonesia yang berusaha untuk mengejar ketertinggalan inovasi.
Menurut Ma'ruf, keberadaan kelompok yang tak percaya dengan pandemi ini salah satu tanda perlunya edukasi dan pemahaman yang intensif atas peranan sains dan ilmu pengetahuan dalam kehidupan.
"Sehingga mengabaikan pesan pemerintah dalam melakukan berbagai upaya pencegahan. Sayangnya kelompok masyarakat tersebut mendapat publikasi yang cukup luas," ucap Ma'ruf kala menjadi pembicara dalam agenda 'Forum Cendekia Kelas Dunia' yang diselenggarakan secara virtual, Rabu (19/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tugas kita semua untuk bersama-sama meluruskan hal tersebut. Sains dan ilmu pengetahuan harus menjadi napas dalam kehidupan sehari-hari dan tentu saja dibarengi dengan pemahaman agama yang baik serta kepekaan sosial," lanjutnya.
Ma'ruf menyebut inovasi, terutama kesehatan, adalah kunci agar masyarakat tetap bisa bertahan menghadapi pandemi. Menurutnya, masyarakat harus siap dengan perubahan mendasar dan berinovasi.
Namun Indonesia terbilang tertinggal dari segi inovasi. Menurut data Global Innovation Index 2019 yang dikutip Ma'ruf, Indonesia ada di posisi ke-85 dari 129 negara. Inovasi Indonesia di Asia Tenggara ada di posisi ke-dua terbawah.
"Kondisi tersebut tentu ironis karena Indonesia mempunyai alokasi anggaran yang lebih besar dibanding dengan Vietnam," ujar Ma'ruf.
"Tapi jumlah sumber daya peneliti di Indonesia hanya 89 orang per 1 juta penduduk. Dibandingkan dengan Vietnam jumlah peneliti 673 per 1 juta penduduk," lanjutnya.
Ma'ruf kemudian menyebut pemerintah melakukan sejumlah langkah demi mengejar hal tersebut. Pertama adalah perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan.
Ma'ruf mengklaim pemerintah menaruh perhatian besar atas kesesuaian antara kurikulum pendidikan dengan kebutuhan industri, termasuk pengembangan riset terapan yang aplikatif.
Kemudian ia menyebut langkah selanjutnya adalah jejaring riset berupa kerja sama antar universitas dan lembaga riset. Ketiga, meningkatkan kemanfaatan teknologi digital terkait informasi untuk riset dan inovasi.
"Hal ini mutlak dibutuhkan dan tentu saja menjadi perhatian besar pemerintah. Karena itu pemerintah berupaya memastikan tersedianya layanan dan infrastruktur teknologi informasi agar masyarakat lebih mudah mendapat akses," kata Ma'ruf.
Ia mengungkapkan selama ini riset dipandang sebagai sesuatu yang rumit dan kompleks sehingga tidak menarik. Padahal nyatanya tidak seperti itu. Oleh karena itu, Ma'ruf bilang bahwa riset sudah harus diperkenalkan sejak dini dengan mendorong rasa ingin tahu.
Hal terakhir untuk mengejar ketertinggalan terkait inovasi, kata Ma'ruf, adalah berupa menggelorakan edukasi dan pemahaman yang intensif terhadap peranan sains juga ilmu pengetahuan bagi kehidupan.
(ryn/end)