Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) menggelar acara nonton bareng (nobar) Virtual yang berjudul Battle of Surabaya dengan tema Indonesia Bangkit, Indonesia Maju.
Acara ini merupakan yang pertama kali digelar di Indonesia.
"Kemendikbud sudah melakukan terobosan. Diselenggarakannya film ini kita berharap adik-adik mengetahui apa yang terjadi di masa lalu dan dapat menghargai jasa para pahlawan bangsa," tutur Kepala Puspeka Kemendikbud, Hendarman, pertengahan Agustus lalu,
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuan nobar virtual ini adalah menumbuhkan sikap mental yang tangguh seperti disiplin, berani, loyal, dan bertanggung jawab; menumbuhkan rasa nasionalisme pada generasi muda; menghargai jasa para pahlawan bangsa; serta memahami makna dan arti kemerdekaan Republik Indonesia.
"Semula kuota peserta yang disediakan sebanyak 3.000 peserta. Namun melihat antusiasme pendaftaran, maka kegiatan ini dapat diikuti oleh 4.000 pelajar dari 34 Provinsi di Indonesia," terang Hendarman.
"Dari film ini kita semua bisa belajar untuk menjadi manusia Indonesia yang memiliki karakter perjuangan, tidak boleh takut dan pantang menyerah, harus berani demi kebenaran dalam memperjuangkan harga diri bangsa Indonesia," ujar Hendarman.
Sementara itu sejarawan Indonesia, Asep Kambali, mengajak para generasi muda untuk mengenal sejarah bangsa.
"Sangat penting generasi muda mengetahui sejarahnya. Ibarat silsilah keluarga, kita harus tahu siapa leluhur kita. Oleh karena itu kita juga harus mengenal siapa pendiri bangsa ini," kata Asep.
Mohammad Suyanto, selaku produser dan penulis Film Battle of Surabaya mengatakan, alasannya untuk membuat film dengan latar belakang perang 10 November di Surabaya ini adalah karena kuatnya pesan moral yang ingin disampaikan kepada generasi muda.
"Tidak ada (pihak) yang menang dalam peperangan, kita ingin dunia penuh kedamaian dan cinta," pesan Suyanto yang juga Rektor Universitas Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIKOM), Yogyakarta.
Film Battle of Surabaya yang bergenre animasi itu dipilih karena dinilai paling sesuai dengan karakteristik penonton muda. Harapannya melalui animasi, nilai-nilai positif tentang penguatan karakter dapat tersampaikan dengan baik, meski di tengah pandemi COVID-19. Selain itu, film animasi ini merupakan karya anak bangsa yang berlatar belakang perang Surabaya tahun 1945 dan sudah memenangi 40 penghargaan internasional, film ini juga mempunyai nilai-nilai sejarah yang terkandung didalam karakter tokoh-tokohnya yang mempunyai sifat semangat juang yang tinggi.
Menurutnya, film animasilah yang mampu bertahan ketika film dengan genre lain yang melibatkan pemain sungguhan terhambat produksinya, seperti "Lose your ego (hilangkan egomu), find your compassion (temukan cinta kasih), itulah pahlawan zaman sekarang.
Senada dengan itu, Aryanto Yuniawan selaku sutradara dan penulis skrip film Battle of Surabaya berharap karakter yang ditampilkan dalam film ini menjadi teladan bagi penonton khususnya gerenasi muda, seperti nilai-nilai ketuhanan, nasionalisme, kemandirian, gotong-royong, dan integritas.
"Mudah-mudahan selanjutnya ada ketertarikan untuk menggali lebih jauh tentang sejarah bangsa ini setelah menonton film Battle of Surabaya," harap Aryanto yang pernah meraih penghargaan Culture Award as a Figure of Creator, Pioneer and Reformer dari Kemendikbud, tahun 2019 lalu.