Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Herman Khaeron mengingatkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok agar tidak memanfaatkan jabatan Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) untuk pencitraan pribadi.
Menurutnya, Ahok seharusnya melakukan pembinaan dan pembenahan di internal Pertamina.
Pernyataan ini disampaikan Herman merespons Ahok yang secara mengejutkan bicara lantang dan membuka berbagai aib Pertamina. Mulai dari pengelolaan utang. Ia kesal karena Pertamina terlalu mudah menarik utang, padahal sudah memiliki beban utang yang tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai Komisaris Utama (Komut) semestinya Ahok tidak membuat pencitraan di ruang publik, bahkan tembak Kementerian BUMN. Silakan gunakan kewenangan yang saudara miliki di internal," kata Herman kepada CNNIndonesia.com, Rabu (16/9).
Herman mengaku khawatir, langkah Ahok yang membongkar aib Pertamina ke publik merupakan bentuk pencitraan Ahok untuk menutupi kegagalan mencegah kerugian yang dialami Pertamina.
Ia mengaku setuju bahwa Pertamina harus efisien, profesional, dan menjadi perusahaan hebat di hari mendatang. Namun, Herman menegaskan, Ahok tidak boleh menyerang institusi sendiri dan Kementerian BUMN karena Pertamina sedang merugi hingga Rp11,3 triliun saat ini.
"Kalaupun ada gagasan dibentuk superholding alias Indonesia coorporation, buktikan dulu mengurusi Pertamina dengan baik dan menjadi hebat," katanya.
Terpisah, anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Partai NasDem Subardi menilai langkah membongkar aib itu membuktikan bahwa Ahok sebagai Komut Pertamina tidak mampu mengawasi kinerja Pertamina.
"[Pernyataan] yang disampaikan Ahok seperti menceritakan cacatnya sendiri. Jangan karena ketidakmampuannya (mengawasi Pertamina), Ahok lantas teriak-teriak di media," tegas Subardi.
Sebagai Anggota Komisi VI yang bermitra dengan BUMN, Iapun mengaku menyayangkan sikap Ahok tersebut dan khawatir performa Pertamina akan semakin buruk karena manajemen yang gaduh.
"Padahal, setiap rapat bersama Menteri BUMN, Komisi VI selalu mendukung program perbaikan Pertamina yang digagas Erick Thohir, baik dalam strategi bisnis maupun efisiensi produksi," kata dia.
Ahok secara mengejutkan bicara lantang dan membuka berbagai aib Pertamina. Mulai dari pengelolaan utang. Ia kesal karena Pertamina terlalu mudah menarik utang, padahal sudah memiliki beban utang yang tinggi.
"Sudah utang US$16 miliar. Tapi kali otaknya minjem duit. Saya kesal nih," ucap Ahok dalam sebuah narasi video yang diunggah di akun Youtube POIN.
Selain utang, Ahok juga membuka kekurangan perusahaan terkait pengelolaan sumber daya minyak. Menurut catatannya, setidaknya ada 12 titik minyak yang bisa dieksplorasi untuk produksi minyak di dalam negeri.
Namun, BUMN itu justru lebih memilih untuk terus memenuhi kebutuhan minyak di dalam negeri melalui keran-keran impor. Hal ini pun sempat mengundang kecurigaannya bahwa ada praktik kotor yang dilakukan diam-diam.
"Ngapain di luar negeri. Jangan-jangan ada komisi beli-beli minyak," kata dia.
Mantan gubernur DKI Jakarta itu juga menyinggung gaji direksi Pertamina yang dianggap tidak wajar. Sebab, sering kali seorang direksi sudah dicopot dari sebuah jabatan, namun masih mendapat gaji sesuai jabatan lama.
"Masa dicopot gaji masih sama. Alasannya karena orang lama. Ya harusnya gaji mengikuti jabatan Anda kan. Tapi mereka bikin gaji pokok gede semua. Jadi bayangin gaji sekian tahun gaji pokok bisa Rp75 juta. Dicopot, enggak ada kerjaan pun dibayar segitu. Gila saja nih," kata Ahok.