Penembakan Pendeta, Polisi Belum Temu Peluru dan Nirautopsi

CNN Indonesia
Sabtu, 03 Okt 2020 06:10 WIB
Kasus penembakan pendeta Yeremia Zanambani di wilayah Distrik Hitadipa, Intan Jaya, Papua, pada 19 September lalu masih gelap di mata hukum hingga kini.
Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw. (CNN Indonesia/Ramadhan Rizki Saputra)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kasus penembakan pendeta Yeremia Zanambani di wilayah Distrik Hitadipa, Intan Jaya, Papua, pada 19 September lalu masih gelap di mata hukum hingga kini.

Dalam penyelidikan kasus ini, Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw menyatakan polisi belum menemukan selongsong peluru yang diduga bekas menembak pendeta Yeremia. Selain itu, jenazah pun tidak atau belum diautopsi.

"Sementara ini belum, selongsongnya belum ketemu, masih dicari," kata Kapolda Papua Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw saat dihubungi CNNIndonesia.com dari Jakarta, Jumat (2/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menuturkan bahwa hingga saat ini tim penyelidik masih diterjunkan untuk melakukan olah TKP (Tempat Kejadian Perkara) dan menelusuri insiden tersebut di Distrik Hitadipa secara langsung.

Paulus menuturkan, pihaknya juga tidak bisa melakukan otopsi terhadap jenazah korban lantaran pihak keluarga sudah langsung memakamkannya.

"Kan situasi waktu itu cukup mencekam daerah itu. Jadi ketika terjadi seperti itu, keluarga itu langsung mengevakuasi korban, setelah itu langsung memakamkannya," kata bintang dua polisi tersebut.

Namun, kata dia, pihak penyidik tidak menutup kemungkinan untuk melakukan autopsi terhadap jenazah korban apabila sudah menemukan titik terang dari terduga pelaku penembakan.

Waterpauw mengungkapkan, autopsi masih diperlukan untuk mendalami penyebab utama pendeta Yeremia tewas.

"Bila pelakunya sudah terindikasi, [dilakukan autopsi] untuk membuktikan bahwa dia melakukan [penembakan] itu benar atau tidak," kata Paulus.

"Dengan tembakan atau dengan alat tajam. itu nanti akan terungkap setelah semua jelas," tambahnya.

Pendeta Yeremia tewas disebut karena tembakan di Distrik Hitadipa pada 19 September lalu. Sebelumnya, pihak TNI menyebut pendeta tersebut tewas karena tembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sebutan untuk Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (OPM). Tudingan itu diyakini lantaran lokasi kejadian merupakan tempat yang dikuasai oleh kelompok separatis itu.

Berdasarkan data intelijen Polda Papua, Paulus mengatakan setidaknya ada 50 personel KKB yang dilengkapi dengan 17 pucuk senjata api di wilayah Distrik Hitadipa.

Namun, pernyataan penyebab kematian Pendeta Yeremia itu kemudian disanggah pihak Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) yang menaungi Pendeta Yeremia. Berdasarkan keterangan para saksi, Pendeta Yeremia disebut tewas karena ditembak anggota TNI.

Belakangan TPNPB-OPM melalui juru bicaranya pun mengeluarkan rilis yang menampik tudingan TNI tersebut.

Bupati Intan Jaya Natali Tabuni kemudian menggelar kegiatan yang mempertemukan istri serta kerabat dari pendeta Yeremia dan unsur penegak hukum serta TNI di rumahnya pada 24 September lalu.

Pemerintah Pusat RI juga pada akhirnya membentuk tim investigasi untuk mengusut penembakan terhadap pendeta Yeremia. Deputi V Kantor Staf Presiden Jaleswari Pramodhawardhani mengatakan tim investigasi itu terdiri dari pemerintah pusat, pihak gereja, masyarakat adat, dan pemerintah daerah untuk menemukan pelaku penembakan.

(mjo/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER