Koalisi Pemantau Bansos Jakarta menyatakan 83 persen warga miskin Jakarta masih bekerja di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Mereka terpaksa bekerja di masa PSBB demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
"83 persen warga masih bekerja saat PSBB. Jadi, ketika di-lockdown pun mereka masih keluar rumah yang sebetulnya itu dihindari," kata Peneliti Perkumpulan Inisiatif, Ari Nurman yang tergabung dalam koalisi dalam webinar, Jumat (2/10).
Ari mengatakan para warga miskin tetap bekerja lantaran bantuan sosial dari Pemprov DKI Jakarta dan pemerintah pusat masih kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan lainnya adalah para warga miskin merupakan pekerja harian. Jika tidak bekerja sehari, maka tidak akan mendapat upah. Mereka pun terancam dipecat jika sering tak bekerja.
"Jadi pada intinya mereka tidak merasa aman dan takut dengan Covid, tidak bosan tinggal di rumah, tapi mereka keluar rumah itu terpaksa, dan itu sebetulnya. Makanya PSBB-nya agak gagal," ujarnya.
Koalisi Pemantau Bansos Jakarta terdiri dari sejumlah LSM seperti International Budget Partnership, Seknas FITRA, Kota Kita, Perkumpulan Inisiatif, dan Serikat Perjuangan Indonesia.
Temuan koalisi mengenai penyaluran bansos itu merupakan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara bertahap. Monitoring bansos tahap pertama dilakukan 30 April sampai 13 Mei 2020 dengan 799 responden di 39 kelurahan.
Kemudian, monitoring bansos tahap kedua dilakukan 13 sampai 23 Juni dengan total 2.294 responden di 65 kelurahan. Terakhir pada 24 Juli sampai 10 Agustus dengan 1.416 responden di 57 kelurahan.