Airin Nilai Penerapan Protokol Kesehatan Sebagai PR Bersama

Satgas Covid-19 | CNN Indonesia
Sabtu, 17 Okt 2020 19:02 WIB
Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany mengakui, penerapan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari masih menjadi pekerjaan rumah bersama.
Ilustrasi masker sebagai salah satu penerapan protokol kesehatan. (Foto: ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO)
Jakarta, CNN Indonesia --

Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany mengakui bahwa penerapan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari masih menjadi pekerjaan rumah bersama.

Airin menyebutkan, sesungguhnya masyarakat sudah mengetahui perilaku 3M yaitu #memakaimasker, #menjagajarak dan hindari kerumunan, serta #mencucitangan pakai sabun di air mengalir. Masyarakat juga mengetahui apa yang harus dilakukan menuju tatanan adaptasi kebiasaan baru. Namun, lanjutnya, bagaimana pengetahuan tentang protokol kesehatan yang benar dengan mematuhi dan disiplin menerapkan sikap 3M di masa pandemi dalam kehidupan sehari-hari masih menjadi pekerjaan rumah bersama.

"Ini PR [pekerjaan rumah] di lapangan agar masyarakat bisa terbiasa. Dan ini, menjadi tugas besar kita bersama di lapangan agar masyarakat mengubah perilaku dengan terbiasa menerapkan protokol kesehatan," ujar Airin dalam talkshow Peluncuran Buku Pedoman Perubahan Perilaku Penanganan Covid-19 di Media Center Satgas Covid-19 Graha BNPB Jakarta pada Jumat (16/10) petang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, ia menilai masih ada kecenderungan masyarakat menerapkan aspek-aspek protokol kesehatan karena merasa hal itu merupakan kewajiban, bukan kebutuhan. Oleh karena itu, masih kerap ditemukan anggota-anggota masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan saat merasa sedang tidak diperhatikan oleh petugas.

Lebih lanjut, Airin menceritakan pengalamannya selama 7 bulan memimpin masyarakat dalam situasi pandemi. Menurut dia, kedisiplinan masyarakat menerapkan protokol kesehatan itu harusnya menjadi kebutuhan, bukan kewajiban karena perintah undang-undang.

"Bagaimana menjalankan pengetahuan tentang protokol kesehatan sebagai kebutuhan dan kebiasaan, ini yang perlu dilakukan. Kalau sudah jadi kebutuhan, ada atau tidak ada polisi dan tentara, masyarakat tetap pakai masker. Bukan karena ada razia masker baru pakai," katanya.

Airin merupakan orang pertama yang menerima buku Pedoman Perubahan Perilaku Penanganan Covid-19 yang diterbitkan oleh Satgas Penanganan Covid-19 Nasional. Airin berharap buku tersebut dapat memudahkan masyarakat dalam menerapkan kebiasaan baru ini.

Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan mengatakan bahwa buku tersebut dapat menjadi acuan bersama dalam menerapkan perubahan perilaku di masa pandemi. Mulai bulan Maret sampai Oktober 2020, ia menyebut melihat banyak perubahan yang berbeda-beda sehingga membingungkan masyarakat. Organisasi-organisasi masyarakat dan sejumlah lembaga membuat buku acuan tersendiri yang pemahamannya agak berbeda, sehingga mempersulit sosialisasi.

"Maka buku ini yang kita tunggu-tunggu sebagai acuan kita semua dari Sabang sampai Merauke, termasuk kami di BNPB," ujar Lilik melalui aplikasi Zoom.

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Hari B. Harmadi selaku tim penyusun buku "Pedoman Perubahan Perilaku Penanganan Covid-19" menceritakan perbedaan persepsi yang muncul saat membahas strategi penanganan bersama tim pakar. Dia membayangkan perbedaan yang sama pun bakal dialami masyarakat. Guna menghindari hal itu, lanjut Sonny, buku pedoman perubahan perilaku dari Satgas Covid-19 hadir untuk menyamakan persepsi.

"Makanya persepsi kita harus di samakan, terutama bagi para pengambil kebijakan. Kami berkesimpulan perlu menyusun buku pedoman Perilaku yang baku dan berlaku untuk semua," ujarnya.

Sonny memaparkan bahwa buku saku tersebut memuat seputar perubahan perilaku, serta dampak dan syarat. Buku ini melibatkan para pakar dari berbagai bidang disiplin ilmu seperti pakar kesehatan, sosiolog, antropolog, hingga ahli bahasa.

Lebih lanjut, Sonny menjelaskan keterlibatan ahli bahasa dalam buku ini agar pesan yang disampaikan mudah diterima masyarakat. "Bagaimanapun juga bahasa menjadi penting sebagai media komunikasi karena orang akan paham dengan menggunakan bahasa yang tepat," jelasnya.

Sementara itu, Ketua #SatgasCovid19 Provinsi Jawa Timur Joni Wahyuhadi mengatakan pihaknya melakukan survei selama empat bulan di masa pandemi. Hasilnya, pengetahuan masyarakat tentang Covid-19 sudah tergolong cukup, perilaku baik, tetapi dalam implementasinya tidak selalu baik.

Perubahan perilaku terhadap ketaatan protokol kesehatan, kata Joni, tidak cukup hanya sebatas tahu dan mengerti. "Maka protokol kesehatan ditegakkan dengan melibatkan polisi dan tentara untuk menggelar operasi yustisi," ujarnya.

(ang/rea)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER