Penanganan Covid-19 di Indonesia dinilai masih belum optimal. Epidemiolog Pandu Riono menuturkan Indonesia masih terganjal dengan jeda tes. Bahkan, Jakarta sekalipun, kata Pandu, masih memiliki jeda tes yang lama.
"Walau Jakarta tesnya sudah 4 kali standar WHO yang minimal, tapi tetap terlambat. Karena sejak bergejala ada jeda usai diambil swabnya baru hasilnya kelihatan di hari ketiga mungkin hari keempat," kata Pandu dalam sebuah webinar, Rabu (28/10).
Pandu meminta pemerintah tak lengah soal jeda ini. Sebab, jeda yang lama, maka penderita bisa menyebarkan ke lebih banyak orang saat menunggu hasil. Angka ini yang harusnya bisa dikendalikan oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semakin lama jeda tes, semakin susah dilacaknya kalau sudah lama sudah tersebar. Sehingga ada tes dan pelacakan yang cukup panjang dan menularkan ke banyak orang sebelum diisolasi. Jadi keterlambatan cukup serius," kata dia.
Diungkapkan Pandu bahwa menghilangkan pandemi bukanlah usaha mudah. Namun pemerintah hendaknya bisa menekan angka lonjakan kasus setiap harinya. Salah satu caranya adalah dengan cepat mendeteksi penderita Covid-19.
Jika jeda masih menjadi masalah, maka keterlambatan penanganan akan berujung kepada kematian.
"Pada awal menemukan dengan membawa virus. Bagaimana cara mendeteksi mereka? Testing. karena sebagian besar tidak kelihatan. Kalau masuk RS dan harus pakai ventilator sering kali tidak tertolong," ucap dia.
"Dari swab nanti diperiksa karena testing terbatas jedanya panjang lagi. Dari hasil lab sampai laporan ada lagi, jadi ada time lag yang panjang," ujarnya.
Karena alasan ini, Pandu meminta pemerintah untuk terus berinovasi dalam penanganan virus corona. Atau setidak-tidaknya masyarakat bisa turut membantu dengan memakai masker.
"Kita butuh inovasi lebih cepat. Artinya apa? Kalau tinggal di rumah pakai masker dan testing yang akurat cepat. Dua kombinasi ini yang menyelamatkan kita," tutur dia.
Kasus positif di Indonesia hingga Selasa (27/10) tembus 396.454 kasus. Dari angka itu sebanyak 13.512 orang meninggal dunia. Kemudian dari angka itu juga ada 322.248 dinyatakan sembuh.
(ctr/dea)