Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko menuturkan Indonesia masih menghadapi kendala terkait vaksin virus corona (Covid-19) Sinovac.
Adapun salah satu kendala yang dihadapi Indonesia sekarang, kata Moeldoko ialah terkait perbedaan suhu yang berdampak pada vaksin.
"Untuk daerah-daerah seperti kita ini sepertinya akan menghadapi kesulitan karena itu (vaksin) dinginnya harus melalui temperatur sehingga nanti pada saat distribusi dari satu wilayah ke wilayah lain akan menghadapi masalah," kata Moeldoko dalam rekaman suara yang diterima, Kamis (12/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atas dasar alasan itu, Moeldoko mengatakan pemerintah masih berusaha untuk mencari jalan keluar terkait vaksin tersebut. Pemerintah, kata dia, akan terus berusaha untuk menyediakan vaksin bagi masyarakat.
"Itu persoalan teknisnya di situ. Tapi, saya pikir ini sebuah kesempatan bagi pemerintah untuk semaksimal mungkin bisa menyelamatkan masyarakatnya. nanti persyaratan teknisnya akan dilihat seperti apa apakah memungkinkan atau tidak," jelas dia.
Kondisi ini, kata Moeldoko, akan membuka peluang Indonesia memilih lebih banyak vaksin. Menurutnya semakin banyak pilihan, makin lebar pula pertimbangan yang dimiliki oleh pemerintah. Namun yang utama, kata Moeldoko, ialah vaksin Sinovac dan Sinopharm.
"Peluangnya banyak di antaranya Eijkman juga mau mengembangkan vaksin merah putih nanti mungkin ada lagi pabrik vaksin lagi di Indonesia mungkin akan semuanya akan pasti menjadi pertimbangan," ujar mantan Panglima TNI tersebut.
"Pertimbangannya adalah pertimbangan efektivitas, yang kedua mungkin juga pertimbangan harga mungkin pertimbangan teknis, persediaan dan lain-lain," tutup dia.
Terakhir, saat dikonfirmasi mengenai vaksin Sinovac yang ditangguhkan di Brazil, Moeldoko enggan menjawab. Ia mengatakan ada pihak khusus untuk menanggapi isu tersebut.
"Saya pikir untuk vaksin saya tidak bs memberikan penjelasan lebih jauh karena sudah ada yang menangani khusus. Mohon maaf untuk itu biar satu pintu saja akan lebih bagus," tutup dia.
Sebelumnya Tim riset dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) mengabarkan akan merampungkan laporan perdana terkait uji klinis vaksin Sinovac untuk menanggulangi pandemi Covid-19 guna diserahkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI secepatnya.
Tim itu sendiri menargetkan laporan perdana setidaknya bisa diserahkan akhir Desember mendatang.
Laporan itu nantinya bakal dijadikan sebagai salah satu parameter nilai dalam mempertimbangkan atau memutuskan apakah kandidat vaksin sinovac bakal terpilih dan digunakan untuk vaksinasi populasi Indonesia.
"Untuk preliminary report itu laporan perdana, kita beres Desember akhir atau Januari ya untuk diserahkan paralel ke BPOM dan Biofarma," kata Juru Bicara Tim Uji Klinis Vaksin Covid-19 FK Unpad Rodman Tarigan saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (12/11).
Selain itu, Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksic Covid-19 dari FK Unpad Kusnandi Rusmi menyatakan 1.620 relawan uji klinis vaksin Sinovac kandidat tak harus menjalani suntikan ketiga.
Mereka, katanya, hanya perlu rutin melakukan pengambilan sampel darah dalam rentang waktu bertahap yakni sebulan, tiga bulan, hingga enam bulan setelah penyuntikan.
Itu artinya proses uji klinis fase ketiga vaksin Sinovac Bandung telah memasuki tahap monitoring atau pemantauan. Dalam kondisi pemantauan ini, pihaknya bakal sering menghubungi atau menelepon para relawan untuk memantau kesehatannya. Jika ada relawan yang sakit, diharapkan segera menghubungi tim uji klinis.