Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menyebut lonjakan kasus baru Covid-19 yang mencapai 5.444 pada Jumat (13/11) merupakan dampak pelonggaran protokol kesehatan di Indonesia.
"Ini dampak dari pelonggaran protokol kesehatan. Masih ada aktivitas massa berkerumun, dan belum memadainya upaya 3T," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Sabtu (14/11).
Namun, Dicky menjelaskan bahwa sebenarnya jika melihat pada pemodelan kondisi pandemi di Indonesia, kasus positif harian bisa mencapai 10 ribu kasus per hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Dicky, angka tersebut tak sesuai dengan pemodelan kemungkinan karena upaya testing-tracing-treatment (3T) belum memadai sehingga banyak kasus positif yang belum ditemukan.
Berdasarkan beberapa pemodelan situasi pandemi di Indonesia buatan institut luar negeri, penambahan kasus harian di Indonesia bisa mencapai 60 ribu kasus dalam sehari jika mengikuti tes yang dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Berdasarkan anjuran WHO, dengan asumsi penduduk 270 juta jiwa, jumlah tes mingguan Indonesia mestinya sebanyak 270 ribu dalam sepekan.
Namun, data mingguan Satgas Covid-19 menunjukkan tes di Indonesia belum pernah sekalipun mencapai angka tersebut.
Jumlah pengetesan tertinggi tercapai pada minggu ketiga Oktober, yakni sebanyak 222.287 tes dalam sepekan. Berdasarkan terakhir, pada minggu pertama November, pengetesan hanya sebanyak 181.304.
"Pemodelan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) bahkan mengatakan kasus harian 60 ribu sehari. Sebetulnya PR kita masih banyak," kataDicky.
Dicky melontarkan pernyataan ini setelah kasus positif Covid-19 di Indonesia kembali mengalami lonjakan pada Jumat (13/11) sebesar 5.444 kasus.
Ini merupakan rekor baru dan kali pertama kasus positif menyentuh angka 5.000. Rekor sebelumnya adalah 4.085 kasus pada 8 Oktober lalu.
Berdasarkan data Satgas Covid-19, Provinsi Jawa Tengah menjadi daerah dengan penambahan kasus tertinggi, yaitu 1.362 kasus baru. Dengan demikian, akumulasi di Jawa Tengah mencapai 41.150 kasus.
Secara keseluruhan, kasus positif di Indonesia per Jumat (13/11) sebanyak 457.735 kasus, dengan 385.094 sembuh dan 15.037 meninggal dunia.
Menanggapi lonjakan kasus ini, Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Budi Hidayat, mengatakan bahwa lonjakan tersebut terjadi karena ada beberapa daerah yang menumpuk data pasien Covid-19.
"Kasusnya tinggi itu karena ada sebagian daerah yang menginput data kasus positifnya itu ditumpuk. Harusnya diinput dalam satu hari, dilaporkan, tapi ada beberapa daerah yang menginputnya itu akumulasi," kata Budi.
Meski demikian, Budi mengatakan bahwa kondisi pandemi di Indonesia tidak mengkhawatirkan karena jumlah hunian pasien di rumah sakit tidak tinggi.
"Memang [kasus] naik, tapi tidak signifikan. Ini naiknya karena ada input yang terakumulasi. Kalau dari situasinya sih tidak terlalu mengkhawatirkan karena jumlah hunian RS tidak tinggi. Secara nasional 40 persen, paling tinggi 50-60 persen tapi sudah di bawah 50 persen," ucapnya.
(mel/has)