Mencari Solusi Masalah Pembelajaran Jarak Jauh Kala Pandemi

Satgas Covid-19 | CNN Indonesia
Minggu, 15 Nov 2020 19:01 WIB
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) fase kedua masih memunculkan banyak keluhan dari daerah yang belum bisa menyesuaikan pembelajaran di tengah kondisi pandemi.
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) fase kedua masih memunculkan banyak keluhan dari daerah yang belum bisa menyesuaikan pembelajaran di tengah kondisi pandemi. (Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) fase kedua masih memunculkan banyak keluhan. Banyak daerah belum dapat melaksanakan penyesuaian pembelajaran di tengah kondisi pandemi Covid-19.

Keluhan ini diterima oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti, mengungkap lembaganya menerima 800 pengaduan terkait PJJ tahap kedua. Rata-rata keluhan tersebut menyebutkan PJJ di tengah pandemi Covid-19 masih sulit dilakukan.

"Kami mendapat ratusan pengaduan, bahkan total PJJ fase kedua kami mendapatkan pengaduan hampir 800 pengaduan terkait PJJ," ucapnya ketika diskusi 'Belajar Efektif di Masa Pandemi' di Media Center #SatgasCovid19 yang diunggah akun YouTube BNPB pada Jumat malam (13/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyebutkan pada PJJ fase pertama (Maret-Juni 2020), pengaduan yang masuk pada bulan awal mencapai 246 pengaduan. Retno masih memaklumi pengaduan ini karena masih proses adaptasi.

Pada PJJ fase kedua kali ini, Kemendikbud sudah mengeluarkan pedoman melalui Surat Edaran Sekjen Kemendikbud No. 15 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Surat edaran ini paling tidak menjadi pedoman untuk melakukan penyesuaian antara kurikulum dengan PJJ sehingga tidak terjadi kebingungan.

Namun temuan KPAI di lapangan menunjukkan pedoman ini belum bisa dilaksanakan oleh sekolah di daerah. Retno sudah melakukan kunjungan ke sekolah, hasilnya 46 sekolah yang di 19 kabupaten/kota belum bisa melaksanakan metode penyederhanaan kurikulum pendidikan di masa pandemi Covid-19.

"Itu hanya lima daerah, selebihnya tidak dan menggunakan kurikulum 2013 yang berat. Jadi prinsipnya PJJ masih berat bagi anak-anak," akunya.

Tim Pakar Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19 Agnes Tuti Rumiati mengaku dapat memaklumi berbagai kesulitan yang dialami guru maupun murid. Menurutnya PJJ paling tidak membutuhkan peran orang tua dalam memenuhi kebutuhan pembelajaran. Bantuan orang tua dalam belajar menjadi sangat penting untuk menjembatani kekurangan dalam PJJ ini.

Namun sayangnya beberapa orang tua tidak diberi pemahaman mengenai peran mereka. Alhasil beberapa orang tua mengambil jalan pintas dengan menyuruh anaknya mengikuti les.

"Saya pernah tanya ke sebuah sekolah, apakah orang tua murid pernah diundang ke sekolah untuk untuk tahu bagaimana cara mengajar, ternyata tidak. Orang tua dibiarkan harus bisa sendiri," jelasnya.

Koordinator Bidang Peserta Didik Direktorat SMA Kemendikbud Juandanilsyah, menyatakan kondisi pandemi kali ini memang berdampak besar bagi pendidikan. Lembaganya kini tengah melakukan langkah perbaikan untuk memfasilitasi PJJ.

"Kita terus berupaya untuk memperbaiki itu dan memfasilitasi PJJ itu dengan semaksimal mungkin," ucapnya. 

(ayo/rea)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER