Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengaku bakal mengevaluasi temuan perbedaan data kasus aktif virus corona (Covid-19) antara yang disusun Kementerian Kesehatan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Selisih data kasus aktif atau pasien positif Covid-19 yang tengah dirawat atau menjalani isolasi antara pusat dengan Jawa Tengah sekitar 4.000 kasus lebih.
"Kami menjadikan kondisi ini sebagai bahan evaluasi bersama, karena kami sangat yakin data yang berkualitas adalah dasar pengambilan kebijakan yang strategis," kata Wiku kepada CNNIndonesia.com, Rabu (25/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wiku mengatakan selama ini pengumpulan data dilakukan dan dikelola oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Ia mengaku akan berkoordinasi dengan Kemenkes dan Pemprov Jawa Tengah terkait temuan tersebut.
"Kemenkes selaku pemegang kendali big data nasional, karena data yang dianalisis dari dulu sampai sekarang adalah data dr PHEOC milik Kemenkes," ujarnya.
Dihubungi terpisah, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Budi Hidayat mengatakan selisih data yang mencapai 4.000 kasus lebih itu terjadi karena keterlambatan input data.
"Terambat terakumulasi," kata Budi melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Rabu (25/11).
Namun, saat dimintai keterangan lebih lanjut perihal mekanisme koordinasi serta kemungkinan pemaparan revisi data, Budi belum memberikan keterangan lebih lanjut.
Jawa Tengah menjadi sorotan dalam penanganan Covid-19. Wilayah yang dipimpin Ganjar Pranowo itu menyumbang kasus aktif Covid-19 terbanyak.
Menurut data Satgas Covid-19 yang dihimpun Kementerian Kesehatan per Rabu (25/11), kasus aktif di Jateng sebanyak 11.746 orang. Sementara berdasarkan data milik Pemprov Jateng, hanya 7.625 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo perbedaan data kasus aktif Covid-19 itu kemungkinan disebabkan oleh keterlambatan input data kasus positif dan kasus sembuh.
Selain itu, kata Yulianto, perbedaan pengiriman data hingga waktu input juga bakal menunjukkan data yang berbeda. Oleh sebab itu, ia mengimbau agar data pasien Covid-19 dikembangkan dalam sebuah sistem terpusat yang real time.
"Sebenarnya data dinamis, dan data bukan temuan kasus baru, itu kasus aktif, jadi ya kemungkinan sudah banyak yang sembuh tetapi belum tercatat di pusat," kata Yulianto.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga mengaku ada keterlambatan dalam pelaporan data kasus positif harian Covid-19 di Jawa Tengah yang membuat berpengaruh pada lonjakan jumlah kasus aktif.
Menurutnya, keterlambatan Satgas Covid-19 pusat dalam memasukkan data menimbulkan selisih angka kasus aktif hingga ribuan kasus.
(khr/fra)