Masker hitam putih yang dipakai Eva, tak mampu menyembunyikan raut kesalnya saat berada dalam barisan antrean panjang rapid test antigen di depan Shelter Kalayang Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Selasa (22/12) pagi.
Troli berisi koper yang dibawanya, ia dorong dengan ogah-ogahan saat antrean bergerak.
Kesal Eva, bukan tanpa sebab. Pagi itu, ia seharusnya sudah berada dalam pesawat yang akan membawanya ke Yogyakarta pada pukul 09.00 WIB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, nyatanya, hingga waktu menunjukkan pukul 08.38 WIB, ia masih terjebak antrean.
"[Rapid test] antibodi sudah kita lakukan, itu katanya berlaku 14 hari, kita sudah beli tiket, sudah ada schedule, tapi kok tiba-tiba harus ada rapid antigen," kata Eva kepada CNNIndonesia.com di lokasi.
Satgas Penanganan Covid-19 memang mewajibkan pelaku perjalanan yang menggunakan moda transportasi udara untuk menunjukkan surat keterangan hasil negatif rapid test antigen sebagai syarat perjalanan sepanjang masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Kebijakan itu mengubah syarat sebelumnya yang hanya mengharuskan surat hasil rapid test antibodi. Adapun antrean yang dijalani Eva itu, adalah untuk melakukan pemeriksaan rapid test antigen.
Sebab antrean yang panjang dan waktu berangkat yang mepet, Eva, mau tak mau harus menjadwal ulang keberangkatannya pada Selasa ini.
"Hari ini saya dapat [jadwal] jam 5 sore. Tidak ada biaya tambahan, cuma ya kita itu naik pesawat pengen cepat, nah terus mending saya naik bus saja [ke Yogyakarta] kan kalau seperti itu," kata dia.
Eva mengaku kecewa dengan kebijakan pemerintah yang berubah-ubah itu. Saat menjalani rapid test antibodi dua hari lalu, ia mengaku petugas menginformasikan padanya bahwa hasil itu masih bisa menjadi syarat untuk bepergian.
"Mungkin karena saya enggak melihat update pemerintah per tanggal berapa, kan urusan kita namanya ibu-ibu, urusannya anak, enggak tahu deh kita juga," keluhnya.
"Harusnya di maskapai diberi informasi bahwa harus ada rapid test antigen. Karena aturannya, kalau memang ada peraturannya. Jadi kita sudah menyiapkan sebelum kita berangkat," kata dia.
![]() |
Lain Eva, lain lagi dengan Irman, waktu menunjukkan pukul 08.18 WIB, ketika ia mengantre di sekitar Shelter Kalayang Terminal 2. Adapun penerbangan dia hari itu dijadwalkan pukul 09.00 WIB.
"Saya ini tujuan Lombok. Disuruh antigen lagi kita ini. Sementara kita flight tiket jam 9. Cuma katanya [rapid] antibodi enggak laku," kata dia seraya menunjukkan hasil rapid test antibodi miliknya.
Serupa Eva, Irman pun mengaku tak mendapat informasi maupun pemberitahuan ihwal hasil rapid test antibodi tak bisa digunakan.
"Kecewa memang [aturan berubah], karena tidak diberitahukan duluan. Kalau kita telat di sini, pesawatnya berangkat, kan kita rugi juga," kata dia sambil berlari ke arah antrean bagian depan.
![]() |
Di antara drama penumpang yang tertinggal pesawat maupun yang terpaksa mengubah jadwal, ada pula yang mengaku telah tahu soal rapid test antigen sehingga tiba lebih awal untuk melakukannya di bandara.
Sari, asal Cimahi, Jawa Barat, mengaku bersama suaminya sengaja mengikuti rapid test di bandara karena lebih murah.
"Lebih murah di bandara daripada di luar. Tahu dari temen-temen, dari berita juga. Jadi dari awal belum rapid [antibodi]," ucap perempuan yang hendak pulang ke Medan, Sumatera Utara itu.
Berdasarkan informasi dari PT Angkasa Pura II, tarif rapid test antigen di Bandara Soekarno-Hatta dibanderol senilai Rp200 ribu, untuk hasil 15 menit setelah pemeriksaan. Tarif ini turun dari sebelumnya Rp385 ribu.
Kemenkes sendiri telah menetapkan batas maksimal rapid test antigen dengan harga Rp250.000.
Sari dan suami baru kali pertama menggunakan pesawat selama pandemi Covid-19. Meskipun demikian, ia menyatakan tak terlalu khawatir karena menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
"Kita sudah persiapan protokol kesehatan. Kalau antrean, ini kan ada jarak, udara terbuka juga," ujarnya.
Sebagai informasi di Bandara Soekarno-Hatta, sejak Senin (21/12) lalu, terjadi antrean mengular calon penumpang yang hendak menjalani rapid test antigen. Antrean terutama terlihat di Terminal 2 Bandara.
VP of Corporate Communication PT Angkasa Pura II Yado Yarismano menyebut, permintaan terhadap layanan rapid test antigen di Bandara Soekarno-Hatta memang tinggi dalam beberapa hari terakhir.
"Fasilitas tes Covid-19 di Airport Health Center Bandara Soekarno-Hatta yang bekerjasama dengan Indofarma dan Kimia Farma, merupakan upaya dalam mendukung penumpang pesawat memenuhi protokol kesehatan," kata Yado dalam keterangan tertulisnya, Senin (21/12).
Di Bandara Soekarno-Hatta, kata dia, ada enam lokasi fasilitas test Covid-19 yakni di Airport Health Center di Terminal 2, Airport Health Center di Terminal SMILLE Center, Airport Health Center di Terminal (area lounge umroh), tes Drive Thru di lapangan parkir Terminal 3, tes Drive Thru di lapangan parkir Terminal 2 dan, tes Drive Thru di lapangan parkir Terminal 1.
(yoa/kid)