Muhammadiyah Respons Menag Yaqut soal Populisme Islam

CNN Indonesia
Senin, 28 Des 2020 11:50 WIB
Muhammadiyah merespons Menag Yaqut Cholil soal populisme Islam yang semestinya jangan dihadapi dengan cara radikal.
Muhammadiyah merespons pernyataan Menag Yaqut soal populisme Islam yang semestinya tidak dihadapi dengan radikal. (Foto: CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad menyarankan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas melawan populisme Islam dengan uswatun hasanah atau teladan yang baik.

Dadang memahami konsep populisme Islam yang dimaksud Yaqut bisa diartikan dengan radikalisme ataupun intoleransi. Menurutnya, dua hal itu tidak bisa dilawan dengan cara yang radikal pula.

"Radikal itu jangan dihadapi dengan radikal lagi. Saya juga (merasa) aneh, kok intoleransi dihadapi dengan intoleransi lagi. Coba kita belajar bahwa ada sesuatu dihadapi dengan cara yang baik, moderat," kata Dadang saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (28/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dadang menjelaskan, pada dasarnya setiap agama merasa memiliki sikap paling benar. Ia berpendapat Kementerian Agama bisa berperan menjadi penengah agar setiap umat beragama saling berbagi kasih, meski berbeda keyakinan.

Ia menilai cara Kemenag menghadapi radikalisme dan intoleransi selama ini kurang tepat. Sebab tidak fokus pada akar masalah penyebab radikalisme.

Menurut Dadang, menghadapi radikalisme bisa dimulai dengan membenahi pendidikan keagamaan. Dia menyebut pendidikan agama saat ini hanya di tataran kognisi, tidak sampai pada praktik.

"Ini mungkin perlu diperbaiki, bagaimana Kemenag punya model atau desain menjadikan agama sebagai akhlak yang baik, sesuatu yang terealisasi dalam kehidupan ini," ujarnya.

Sebelumnya, Menag Yaqut Cholil Qoumas menyatakan akan mencegah berkembangnya populisme Islam. Ia berpendapat populisme Islam adalah upaya kelompok tertentu menjadikan agama sebagai norma konflik.

"Agama dijadikan norma konflik. Dalam bahasa paling ekstrem, siapapun yang berbeda keyakinannya, maka dia dianggap lawan atau musuh, yang namanya musuh atau lawan ya harus diperangi. Itu norma yang kemarin sempat berkembang atau istilah kerennya populisme Islam," tutur Yaqut dalam diskusi daring, Minggu (27/12).

(dhf/psp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER