Polisi Sebut Dokter JF Meninggal Bukan karena Vaksinasi

CNN Indonesia
Senin, 25 Jan 2021 19:51 WIB
Polisi menyebut berdasarkan keterangan KIPI, reaksi syok pascavaksinasi atau anafilatik hanya berlangsung satu sampai dua jam setelah penyuntikan vaksin.
Ilustrasi jenazah. (Istockphoto/Nito100)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepolisian Daerah Sumatera Selatan menegaskan dokter JF (49) yang ditemukan meninggal dunia di dalam mobil bukan disebabkan karena vaksinasi covid-19.

JF ditemukan meninggal di dalam mobil yang terparkir di pelataran mini market di kawasan Jalan Sultan Mansyur, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang, Jumat (22/1) malam satu hari pascavaksinasi.

Kabid Humas Polda Sumsel Komisaris Besar Supriadi, mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) terkait tewasnya JF. Berdasarkan keterangan KIPI, reaksi syok pascavaksinasi atau anafilatik hanya berlangsung satu sampai dua jam setelah penyuntikan vaksin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

JF diketahui mengikuti vaksinasi di Puskesmas 1 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang Kamis (21/1) dan ditemukan meninggal pada Jumat (22/1).

"Keterangan dari Komnas KIPI di Jakarta, kejadian anafilatik ini tidak lebih dari satu atau dua jam pasca di vaksin. Sementara, dari vaksinasi hingga waktu perkiraan meninggal ada jeda waktu sekitar 26 jam. Pasca imunisasi, korban tidak menunjukkan gejala apapun setelah disuntik vaksin Sinovac,"kata Supriadi, Senin (25/1).

Selain itu, Supriadi berujar, JF memiliki riwayat penyakit jantung. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan keluarga yang mengatakan JF mengeluhkan dadanya sakit sejak tiga bulan lalu dan sudah berobat ke dokter spesialis jantung. Di mobil tempat JF ditemukan meninggal pun ditemukan obat jantung merek Nitrikaf Retard isi 10 butir yang sudah dimakan satu oleh korban.

Berdasarkan hasil visum forensik, ditemukan bintik pendarahan di bola mata, dada, perut, dan sebagian tubuh yang terlihat. Hal tersebut menandakan korban meninggal dalam keadaan kekurangan oksigen di tubuh yang sangat dimungkinkan akibat serangan jantung.

Kepolisian memastikan tidak ada unsur pidana dalam kematian JF karena tidak ditemukannya bekas luka kekerasan di tubuh korban.

"Pemeriksaan forensik hanya sampai visum luar, keluarga menolak untuk autopsi. Hasil visum menguatkan korban meninggal akibat serangan jantung, karena ditemukan obat jantung satu tablet isi 10 butir dan satu sudah diminum korban," kata dia.

Adik kandung JF, Fauzi membenarkan sejak tiga bulan yang lalu saudaranya tersebut itu sudah mengeluhkan nyeri sehingga langsung memeriksakan diri.

"Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa kakak saya menderita penyakit jantung. Keluarga menolak dilakukan otopsi karena sudah ikhlas akan meninggalnya kakak saya ini," ujar dia.

Terpisah, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (PP2M) Dinas Kesehatan Palembang Yudhi Setiawan mengatakan, para penerima vaksin akan melewati sejumlah tahapan pemeriksaan salah satunya skrining sebelum vaksinasi. Petugas vaksinasi akan memeriksa suhu tubuh, tekanan darah, dan memeriksa riwayat kesehatan.

"Namun memang tidak ada pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) untuk mengukur aktivitas listrik jantung. Hanya ada wawancara dari petugas kepada calon penerima vaksin mengenai riwayat penyakit. Ada 13 pertanyaan, salah satu poinnya terkait riwayat penyakit jantung," ujar Yudi.

Dirinya berujar, penyakit beresiko yang menyebabkan seseorang tidak divaksin Covid-19 adalah diabetes melitus, hipertesi, liver, ginjal, dan jantung. Terkait kejadian JF, ada beberapa kemungkinan, kata Yudi, yakni korban tidak tahu bahwa dirinya menderita penyakit jantung atau memang tidak menyampaikan kondisi sebenarnya.

"Kalau kematian tersebut disebabkan oleh vaksin, dampaknya akan langsung terasa tidak lama setelah disuntikkan vaksin. Namun dalam kasus ini ada jeda waktu vaksinasi dengan kematian korban yang sudah lebih dari sehari. Dengan adanya kejadian ini, warga diimbau untuk jujur dan mengutarakan kondisi kesehatan dan riwayat penyakit sebelum menerima vaksin," ungkap dia. 

(idz/ain)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER