Khofifah Bagikan Sertifikat Tanah ke 230 Eks Syiah di Madura

CNN Indonesia
Rabu, 03 Feb 2021 15:31 WIB
Pimpinan eks kelompok Syiah, Sampang, Madura, Tajul Muluk berharap kelompoknya bisa kembali ke kampung halamannya dan bisa hidup rukun dan damai.
Ratusan mantan Pemeluk Syiah asal Sampang, Madura, Jawa Timur mendapatkan 230 sertifikat tanah dari pemerintah, Rabu (3/2). (Foto: CNN Indonesia/Farid)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ratusan mantan pemeluk Syiah asal Sampang, Madura, Jawa Timur mendapatkan sertifikat tanah dari pemerintah. Sebanyak 230 sertifikat dibagikan langsung melalui Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di tempat pengungsian mereka, Rusunawa Jemundo, Sidoarjo.

Khofifah mengatakan, sertifikat itu melalui proses yang cukup panjang. Peristiwa atau konflik yang terjadi pada 2011 membuat para pengikut Syiah mengungsi selama 8 tahun hingga mereka kembali ke ajaran ahlussunnah wal jamaah (aswaja).

"Ini proses panjang mulai dari penyiapan KTP mereka, KK, buku nikah, SIM sampai kemudian penyiapan sertifikat. Tentu ini proses yang panjang karena peristiwa tahun 2011," kata Khofifah, Selasa (2/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan, ini merupakan perjuangan TNI-Polri, serta para ulama-ulama. Hal itu adalah faktor utama penyebab pengungsi bisa mendapatkan hak-haknya sebagai Warga Negara Indonesia. Ini juga merupakan upaya bersama membangun kerukunan di antara kehidupan sesama warga.

Mantan Menteri Sosial RI ini mengatakan, meski demikian akan ada tahapan-tahapan yang akan dijalani pengungsi untuk bisa kembali ke tempat asalnya nanti. Perlu juga konsolidasi agar bisa diterima kembali oleh warga setempat.

"Pak bupati yang akan melakukan itu. Jadi hak-hak sebagai warga negara sudah terpenuhi semua," katanya.

Sementara itu, pimpinan pengungsi, Tajul Muluk mengaku bersyukur atas perhatian dari pemerintah terhadap pihaknya. Ia berharap kelompoknya bisa kembali ke kampung halamannya dan bisa hidup dengan rukun dan damai.

"Insya Allah senang. Kalau bisa nanti ya di lokasi awal, atau terserah di mana yang penting tanggung jawab kami selesai. Tugas kami menghubungkan yang putus dan menghubungkan yang rusak sudah selesai," kata Tajul.

Meski begitu, Tajul mengaku masih belum mengetahui kapan waktu pasti pihaknya bisa kembali ke kampung halaman. Ia berharap ketika pulang, tanah yang diberikan sudah dalam bentuk rumah dan bisa mereka ditinggali.

"Rencana pindah kesana ya tergantung dari pemerintah kalau harus pulang ya disiapkan dulu. Masih menunggu bangunan rumah karena sudah tidak tersisa di sana," katanya.

Sebelumnya, sebanyak 274 pengungsi Syiah di Rusun Jemundo telah dibaiat kembali ke ajaran Sunni pada November 2020. Prosesi dilakukan di Sampang, Madura. Meski begitu, mereka ternyata belum bisa kembali ke rumahnya.

Akar peristiwa ini bermula sekitar 2011. Ratusan pemeluk Syiah di Sampang, Madura, diusir dari kampung halaman mereka di Desa Karang Gayam. Mereka dianggap telah melecehkan agama dan ulama.

Puncaknya, bentrokan pun terjadi antara warga desa yang mayoritas Sunni dan penganut Syiah. Warga membumihanguskan rumah dan pesantren pimpinan Syiah, Tajul Muluk pada Agustus 2012. Saat itu, puluhan orang terluka dan seorang meninggal.

Tajul Muluk atau Ali Murtadho kemudian menghabiskan empat tahun di penjara, setelah divonis terbukti melakukan penistaan agama. Sejak saat itu sebanyak 347 pengungsi Syiah kemudian diungsikan keluar Madura. Mereka menempati Rusunawa di Desa Jemundo, Kecamatan Taman, Sidoarjo.

(frd/ain)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER