Peneliti LIPI Pesimistis Komcad Bisa Hadapi Perang Masa Depan

CNN Indonesia
Jumat, 05 Feb 2021 07:34 WIB
Merespons rencana pembentukan Komcad, peneliti LIPI mempertanyakan jenis proyeksi ancaman perang di masa depan yang telah dibuat Kemenhan RI.
Ilustrasi pelatihan komcad. (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Diandra Mengko tak yakin dengan pembentukan Komponen Cadangan (Komcad) yang bisa dimobilisasi presiden jika sewaktu-waktu terjadi peperangan.

Pelatihan Komcad memang saat ini tengah digodok di Kementerian Pertahanan dan rencananya sebanyak 25 ribu warga dibidik untuk ikut pelatihan di bawah komando militer ini.

Diandra mengaku sanksi, pembentukan Komcad yang rencananya mulai dibuka tahun ini bisa efektif untuk menghadapi perang yang bisa saja terjadi di masa depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya juga enggak yakin komponen cadangan bisa efektif," kata Diandra saat menjadi pembicara dalam diskusi Imparsial yang digelar secara daring bertajuk 'Kritik Pembentukan Komponen Cadangan', Rabu (3/2).

Dia beralasan mengenai prediksi ketidakefektifan itu karena hingga saat ini pemerintah pun ini belum bisa memproyeksikan perang jenis apa yang bisa terjadi di masa depan.

Padahal, kata dia, proyeksi jenis perang itu penting dalam perencanaan pembentukan Komcad. Hal tersebut, kata dia, akan berkaitan dengan jenis pelatihan yang bisa diberikan. Diandra sendiri ragu, di masa depan perang yang terjadi masih berkutat pada perang-perang konvensional atau terbuka.

"Apa iya di masa depan akan muncul peperangan konvensional yang membutuhkan komponen cadangan. Saya enggak kebayang bagaimana seorang komponen cadangan bisa membantu serangan siber misalnya," kata Diandra.

Alih-alih berkutat pada pembentukan Komponen Cadangan, Diandra menyinggung soal perbaikan dan peningkatan kemampuan di tubuh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Menurutnya akan lebih baik pemerintah terlebih dulu memperbaiki kualitas dan kuantitas prajurit TNI. Misalnya, modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) maupun peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) personel TNI.

"Apa iya semua [peningkatan eskalasi geopolotik] mengindikasikan kita butuh tambahan prajurit. Kayaknya enggak ada di antara semua dinamika ancaman, tak ada yang mengindikasikan kita kekurangan prajurit," kata dia.

"Semua itu menunjukkan kita kurang alutsista. Kedua, kurang kemampuan SDM dan peningkatan profesionalitas di tubuh militer itu sendiri," kata dia.

Dalam diskusi yang sama,  Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin pun menyarankan lebih baik pemerintah memprioritaskan perbaikan dan peningkatan TNI dulu daripada pembentukan Komcad.

"Jadi kalau menurut hemat saya kalau ikuti pada perencanaan dan tahapan Minimum Esensial Force (MEF) menurut hemat saya Komcad itu ya tidak pas," kata Hasanuddin saat mengisi diskusi yang digelar Imparsial secara daring, Rabu (3/2).

"Kita meningkatkan kualitas dan kuantitas dari pihak tersebut (TNI) dengan alat sistem senjata. Alutsistanya itu," sambung pria yang pernah menjadi Sekretaris Militer di era kepresidenan Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.

Lagi pula Hasanuddin menambahkan, dengan anggaran Kemenhan yang terbatas, pembentukan Komcad dirasa tak terlalu efektif. Dia--yang juga pernah menjadi ajudan Presiden BJ Habibie dan Ajudan Wapres Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno--itu pun mempertanyakan metode pelatihan yang akan dilakukan jika rekrutmen 25 ribu Komcad tetap dilakukan di masa pandemi Covid-19.

"Anggaran terbatas, apalagi kalau kita mau laksanakan latihan secara tertutup, di ruang tertutup, kalau pengerahan 25 ribu Komcad dilaksanakan dalam satu tahun toh sekarang juga masih era Covid-19," papar Hasanuddin.

Diketahui, Kementerian Pertahanan memang mulai menggodok pembentukan Komcad setelah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 3 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional (PSDN) resmi diteken Presiden Joko Widodo.

Dalam aturan itu, terdapat tiga matra dalam struktur komponen Cadangan. Matra ini merujuk pada matra TNI, yakni matra darat, laut, dan udara. Untuk pembukaan awal, sebanyak 25 ribu warga negara Indonesia dibidik untuk mengikuti Komcad.

Infografis Komcad, Pasukan Bela Negara Baru Indonesia

Kemenhan: Penguatan Sistem Pertahanan Tak Bisa Saat Perang

Sementara itu, dalam waktu terpisah, Juru Bicara Menteri Pertahanan Bidang Komunikasi Publik dan Hubungan Antarlembaga Dahnil Anzar Simanjutak mengatakan alasan pemerintah berencana membentuk Komcad yang proses rekrutmennya dimulai tahun ini.

"Pembangunan kekuatan pertahanan suatu negara akan sulit dilakukan saat perang," kata Dahnil kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Kamis (4/2).

Dahnil menerangkan komponen cadangan itu merupakan bagian dari sistem pertahanan untuk menunjang kedaulatan negara. Komponen cadangan itu, sambungnya, nanti pun akan ada di tiga matra seperti TNI yakni laut, udara, dan darat.

Dia mengakui peningkatan kemampuan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) hingga penguatan prajurit TNI memang diperlukan. Namun, itu akan sejalan dengan pembentukan Komcad yang tengah menunggu regulasi berupa Peraturan Menteri Pertahanan (Permenhan).

"Komcad sebagai subsistem pertahanan RI adalah bagian yang integral dalam sistem Pertahanan kita yang perlu diperkuat bersamaan dengan modernisasi alutsista," kata dia.

Dahnil mengatakan setelah PP dan Perpres yang mengatur Komcad diteken Presiden RI Joko Widodo, kementeriannya pun akan segera menerbitkan Permenhan untuk mengaturnya lebih detail.

(tst/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER