Ratusan Warga Terancam Bencana Pergerakan Tanah di Sukabumi
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukabumi mencatat setidaknya lebih 400 orang terdampak akibat bencana pergerakan tanah di Kampung Ciherang, Desa Cijangkar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Data BPBD Sukabumi menemukan bencana pergerakan tanah yang melanda wilayah tersebut mengakibatkan 21 rumah tidak bisa dihuni. Puluhan rumah ini ditinggali 24 Kepala Keluarga (KK) terdiri atas 58 orang.
Sementara terdapat 108 rumah yang dihuni 122 KK atau 392 yang terancam bencana pergerakan tanah.
Dampak dari bencana itu pun sebanyak 57 KK atau 170 jiwa mengungsi dengan rincian 20 KK atau 66 jiwa mengungsi di bangunan SD dan sisanya atau 37 KK (104 orang) mengungsi di rumah kerabat.
Tidak hanya fasilitas milik warga yang rusak dan terancam, fasilitas umum di Kampung Ciherang seperti SDN Ciherang, masjid, MCK, musala dan lainnya pun terancam. Bahkan, jika pergerakan tanah semakin masif maka tidak menutup kemungkinan fasilitas lainnya ikut terdampak.
Relawan ProBumi Indonesia, Asep Has mengungkapkan nyaris setiap hari pergerakan tanah terjadi di Kampung Ciherang. Kata dia, mulai dari longsor hingga amblas.
Bahkan kata dia, pada Sabtu (20/2) lalu ditemukan lokasi longsoran dan anjlokan tanah yang dapat mengancam keselamatan warga sekitar.
"Setiap harinya tanah di Kampung Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, ini tanah terus bergerak mulai dari longsor hingga amblas, bahkan retakan tanah terus melebar yang mengakibatkan rumah warga banyak yang amblas dan rusak berat," tutur Asep Has di Sukabumi, seperti dikutip Antara.
Catatan BPBD Sukabumi, retakan tanah di kampung tersebut rata-rata sekitar satu hingga lima meter dengan kedalaman berbeda antara 0,5 hingga tujuh meter. Sementara jalan lingkungan dari arah Jalan Cibodas ke Ciherang pun mulai hancur.
Ditambah lagi, adanya tebing yang setiap harinya mengalami longsor serta retakan di jalan tersebut pun melebar serta memporakporandakan jalan penghubung antar-desa. Alhasil, akses tersebut sulit dilalui kendaraan khususnya roda empat.
Demi mengantisipasi kondisi memburuk, sebanyak 14 rumah terpaksa dibongkar karena amblas akibat retakan tanah yang kian lebar. Rumah-rumah yang terpaksa diratakan itu sudah tidak lagi bisa dihuni.
"Kondisi pergerakan tanah masih ada dan sekarang lebih aktif karena di beberapa lereng ada longsoran serta anjlokan semakin masif, bahkan warga pun berulang kali dikejutkan dengan adanya suara dentuman dari sekitar lokasi bencana," ujar Asep.
Sementara, Plh. Bupati Sukabumi Zainul mengatakan hasil kajian tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menemukan bencana pergerakan tanah di Kampung Ciherang masuk dalam kategori sedang hingga tinggi.
PVMBG merekomendasikan agar warga yang tinggal di lokasi bencana untuk direlokasi. Itu sebab lanjut Zainul, Pemkab kini berkoordinasi dengan instansi lain dan menetapkan lahan milik PTPN sebagai titik relokasi warga.
"Kami saat ini sedang menyiapkan berbagai hal, khususnya saranan hunian sementara untuk warga terdampak bencana, agar mereka tidak lama tinggal di pengungsian yang kurang layak," kata Zainul.