Epidemiolog: Indonesia Masih Jauh dari Puncak Gelombang Covid

CNN Indonesia
Rabu, 10 Mar 2021 06:42 WIB
Epidemiolog menilai Indonesia masih jauh untuk mencapai puncak gelombang pandemi covid-19 meski kasus menunjukkan tren melandai.
Foto: CNN Indonesia/Bisma Septalismaaa

Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane menjelaskan, berdasarkan acuan WHO, sebuah negara dikatakan mencapai puncak gelombang pertama pandemi jika berhasil menurunkan kasus secara konsisten selama 3-5 pekan. Dengan catatan penurunan kasus itu jumlahnya harus setengah dari jumlah kasus tertinggi.

Masdalina lantas mencontohkan perkembangan kasus di Indonesia. Masdalina mencatat penambahan kasus tertinggi di Indonesia terjadi pada tanggal 30 Januari lalu dengan 14.518 kasus dalam sehari.

Menurutnya potensi gelombang pertama dapat terjadi apabila terjadi konsistensi penambahan kasus harian yang berjumlah setengah dari 14 ribu atau kurang lebih 7 ribu kasus dalam sehari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika perkembangan kasus covid-19 Indonesia mulai konsisten menghasilkan 7 ribu kasus sehari selama 3-5 pekan maka Indonesia dikatakan telah mencapai gelombang pertama.

"Minimal 5 minggu, kalau WHO 3 minggu penurunan setengah dari puncak tertinggi, maka angka di bahwa 7 ribu harus berlangsung 3 minggu dan 2 minggu selanjutnya. Kalau kemudian di antaranya muncul 8 atau 9 ribu kasus, maka itu tidak puncak tertinggi," jelasnya.

Kemudian bila ada lonjakan setelahnya, maka Indonesia dapat dikatakan mulai memasuki gelombang kedua pandemi virus corona. Namun Masdalina menegaskan, keseluruhannya harus benar-benar mengalami konsistensi kasus tanpa pengecualian.

Dalam sepekan terakhir, tercatat positivity rate harian di Indonesia mulai konsisten melandai di bawah 20 persen. Terlihat jumlah kasus dan pemeriksaan masih fluktuatif meskipun cenderung melandai.

Sebaran kasus covid-19 dalam sepekan terakhir yakni 3-8 Maret 2021 terlihat sebagai berikut. 3 Maret 6.808 kasus, disusul 4 Maret 7.264 kasus, 5 Maret 6.971 kasus. Kemudian 6 Maret 5.767 kasus, 7 Maret 5.826 kasus, 8 Maret 6.894 kasus, dan 9 Maret 6.389 kasus.

Sedangkan jumlah pemeriksaan covid-19 terhadap warga masih naik-turun, namun sudah memenuhi standar WHO. Jumlah pemeriksaan dalam periode 3-8 Maret berjumlah 276.858 orang yang diperiksa.

Rinciannya, 3 Maret sebanyak 49.323 orang diperiksa dalam sehari. Dilanjutkan, 4 Maret 44.894 orang, 5 Maret 36.107 orang, 6 Maret 34.851 orang, 7 Maret 29.884 orang, 8 Maret 37.837 orang, dan 9 Maret 43.962 orang yang diperiksa.

Sebagai catatan juga, pemerintah baru resmi merilis hasil laporan tes menggunakan rapid test antigen per Rabu (3/3) lalu. Padahal rapid test antigen telah sah digunakan sebagai metode pelacakan kontak erat dan penegakan diagnosis sejak 8 Februari lalu.

Hal itu tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/Menkes/446/2021 tentang Penggunaan Rapid Diagnostic Test Antigen dalam Pemeriksaan Corona Virus Disease 2019.

(khr/pris)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER