Epidemiolog: Indonesia Masih Jauh dari Puncak Gelombang Covid

CNN Indonesia
Rabu, 10 Mar 2021 06:42 WIB
Epidemiolog menilai Indonesia masih jauh untuk mencapai puncak gelombang pandemi covid-19 meski kasus menunjukkan tren melandai.
Epidemiolog menilai Indonesia masih jauh dari gelombang pertama covid-19. (Foto: CNN Indonesia/ Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai Indonesia masih perlu waktu lama untuk mencapai puncak gelombang pertama pandemi virus corona (Covid-19).

Dengan program tes, telusur, dan tindak lanjut (3T) pemerintah yang belum cukup optimal dan belum konsisten, menurutnya prediksi puncak gelombang pertama covid-19 semakin tidak jelas.

"Kita belum mendekati puncak gelombang, masih jauh. Intinya sangat tricky ya ketika ada penurunan kasus kemudian dianggap bahwa kita sudah mencapai puncak, ini yang perlu dipahami. Sulit sebetulnya melihat kapan tepatnya puncak terjadi, sangat sulit," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (9/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun demikian, Dicky menuturkan bahwa dirinya sempat membuat pemodelan epidemiologis terkait sebaran kasus virus corona di Indonesia. Ia menyebut bahwa grafik itu menunjukkan gambaran 'puncak' atau peningkatan kasus sempat terjadi pada awal September 2020 dan pertengahan Januari 2021.

Namun demikian, ia menyebut fenomena peningkatan puncak kasus itu belum bisa dikatakan sebagai puncak gelombang pertama covid-19 di Indonesia.

Dicky mengatakan puncak gelombang pertama covid-19 harus melalui berbagai peningkatan kasus hingga kemudian mengalami stagnasi kasus yang melandai selama 2-3 pekan.

"Jadi dalam satu gelombang itu ada puncak-puncak lagi, multiple jadinya," jelasnya.

Lebih lanjut, Dicky menyebut sebaran kasus covid-19 di Indonesia sejauh ini masih samar. Ia belum berani menyebut bahwa puncak covid-19 terjadi pada akhir Januari lalu dengan kasus harian mencapai 14.518 kasus dalam sehari.

Indonesia, lanjut Dicky, masih belum bisa konsisten menghasilkan angka pemeriksaan warga yang terus meningkat sesuai standar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) 1:1.000 penduduk per pekan.

Dengan asumsi populasi Indonesia mencapai 270 juta jiwa, maka sewajarnya 270 ribu orang diperiksa per pekan atau 38,5 ribu warga per hari.

Ia meminta publik lebih fokus pada angka positivity rate atau rasio positif harian kasus virus corona Indonesia ketimbang fokus pada penambahan kasus harian.

"Kalau kasus naik-turun ya belum sampai puncak gelombang pertama. Satu hal yang perlu diwaspadai, jumlah testing juga jangan turun, positivity rate harus setidaknya 5 persen untuk meyakinkan, dan kita confidence cakupan testing kita sudah memadai dan optimal," jelas Dicky.

Bila menilik data harian yang dirilis Satuan Tugas Penanganan Covid-19, positivity rate harian covid-19 dalam sepekan ini di bawah 20 persen. Bahkan, pada 18 Februari sempat cetak rekor tertinggi dengan 40,07 persen.

Dicky mengatakan bukti nyata bahwa negara sudah melalui gelombang pertama covid-19 yakni kasus positif covid-19 melandai dan hanya berjumlah dua digit selama 2-3 pekan. Ia juga mewanti-wanti bahwa gelombang pertama kasus covid-19 bukan menjadi sebuah penanda bahwa negara sukses mengakhiri pandemi covid-19.

"Ya kalau melihat Indonesia tentu masih jauh ya dengan fluktuasi kasus seperti saat ini," tuturnya.

Kasus Turun Konsisten

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER