Produsen vaksin AstraZeneca menyatakan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan vaksinnya dapat menyebabkan penggumpalan darah.
Hal ini disampaikan oleh AstraZeneca setelah beberapa negara Eropa dan Asia menangguhkan penggunaan vaksinasi AstraZeneca.
Mengutip dari CNN, AstraZeneca dengan tegas menyatakan tidak ada bukti yang menunjukkan terjadi peningkatan risiko penggumpalan darah setelah pemakaian vaksin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu juga disetujui oleh regulator obat-obatan Eropa dan Inggris yang menyatakan hubungan antara vaksin dan pembekuan darah belum terkonfirmasi sehingga penggunaan vaksin tersebut harus dilanjutkan.
Lembaga Obat-obatan Eropa (EMA) mengatakan Kamis (11/3) menyatakan bahwa tidak ada indikasi vaksin tersebut menyebabkan pembekuan darah pada orang yang menerima vaksin dan tidak merekomendasikan penangguhan penggunaan vaksin AstraZeneca.
"Manfaat vaksin terus melebihi risikonya dan vaksin dapat terus diberikan, sementara penyelidikan kasus peristiwa tromboemboli sedang berlangsung," ujar EMA
Sementara itu, Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan (MHRA) di Inggris juga menyatakan bahwa vaksin AstraZeneca masih aman dan mendorong warga untuk mendapatkan vaksin tersebut.
Menurut Phil Bryan, Kepala Keamanan Vaksin di MHRA juga mengatakan bahwa bahwa pembekuan darah dapat terjadi secara alami dan tidak jarang. MHRA juga melaporkan bahwa Inggris telah menyediakan 11 juta dosis vaksin Covid-19 dan mulai diberikan ke warga.
Meski dinyatakan aman, beberapa negara lain di Eropa tetap mengawasi penggunaan vaksinAstraZeneca termasuk di Perancis.
"Penyelidikan dilakukan secara sistematis setiap kali efek samping yang serius diumumkan," kata menteri kesehatan Perancis, Olivier Véran pada Kamis (11/3).
Ia melanjutkan hingga kini sudah ada 30 orang dari sekitar lima juta orang di Eropa yang mengalami kasus pembekuan darah usai menerima vaksin.
Hal yang sama juga dilakukan pemerintah Jerman yang mengonfirmasi bahwa mereka akan tetap menggunakan vaksin AstraZeneca sesuai rencana awal.
"Kami berencana untuk melanjutkan vaksinasi dengan AstraZeneca, seperti mayoritas negara Eropa lainnya," kata Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn pada Kamis (11/3).
Sebelumnya, beberapa negara tersebut menghentikan sementara pemberian vaksin AstraZeneca karena ada laporan terjadi penggumpalan darah usai divaksin.
Selain di negara-negara Eropa, hal serupa juga terjadi di Thailand. Pada Kamis (11/3), Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-o-cha, membatalkan rencana vaksinasi Covid-19 menggunakan vaksin dari AstraZeneca.
(nly/asa)