Badan Intelijen Negara (BIN) melakukan patroli siber secara masif selama 24 jam dalam rangka menyortir konten berbau radikalisme pasca-aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makassar pada Minggu (28/3).
Deputi VII BIN, Wawan Purwanto mengatakan upaya tersebut dilakukan mengingat penyebaran konten yang mengajarkan aksi teror masih banyak ditemukan di media sosial. Potensi radikalisme bagi generasi muda melalui medsos pun masih sering terjadi.
"BIN telah melakukan patroli siber 24 jam. Di antaranya, juga kami melakukan pembinaan kepada mereka-mereka yang melakukan ujaran kebencian, hate speech, atau penyebaran-penyebaran ajaran yang bisa membenturkan satu sama lain," kata Wawan dalam sebuah diskusi webinar secara virtual pada Selasa (30/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengungkapkan, masyarakat kini masih dapat menemukan konten-konten untuk merakit bom, melakukan penyerangan, teknik gerilya, ataupun rekrutmen teroris di internet. Oleh sebab itu, diperlukan kerja sama antarlembaga untuk memberantas terorisme.
Misalnya, salah satu yang terlibat dalam penghapusan konten-konten radikal di internet oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
"Karena media sosial, 60 persen itu hoaks. Dan itu sangat berdampak bagi jiwa-jiwa labil yang tidak kritis, sehingga mereka melakukan langkah-langkah intoleran yang berujung kepada tindakan radikal, apalagi mengarah ke teroris," katanya.
"Medsos disinyalir telah menjadi inkubator radikalisme, khususnya bagi generasi muda," ucap dia lagi.
Penyebaran paham terorisme yang menjamur di masyarakat juga masih menjadi kendala. Belum lagi, kata Wawan, gerakan terorisme saat ini tengah berpencar satu dengan yang lain sehingga mereka semakin sulit dijangkau oleh aparat penegak hukum.
"Mereka (teroris) telah berpencar dan mencerai beraikan diri, sehingga tidak ngumpul di satu tempat. Nah, ini yang dia juga mengubah dengan berbagai cover, cover name, cover job dan cover story," ucapnnya.
Hingga saat ini, penangkapan terduga terorisme masih gencar dilakukan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri di berbagai wilayah pascabom bunuh diri Makassar.
Secara total, ada 13 terduga teroris yang ditangkap pasca-aksi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar pada Minggu (28/3) lalu. Lima lainnya di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) lima orang dan Sulawesi Selatan empat orang.