Peristiwa bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, pada Minggu (28/3) lalu melibatkan pasangan suami istri (pasutri) yang baru menikah enam bulan.
Aksi bom bunuh diri oleh pasutri ini bukan pertama kali. Sebelumnya aksi bom bunuh diri yang melibatkan pasutri tercatat beberapa kali terjadi di Indonesia.
Serangkaian aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya terjadi pada 13 Mei 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bom pertama meledak di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel pada pukul 06.30 WIB. Lalu, bom kedua terjadi di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro pukul 07.15 WIB. Terakhir, serangan bom terjadi di Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno pada pukul 07.53 WIB.
Akibat serangan bom bunuh diri itu, tercatat 13 korban meninggal dunia termasuk pelaku yang berjumlah enam orang.
Dari hasil penyelidikan, rentetan aksi bom bunuh diri itu dilakukan oleh satu keluarga. Mereka adalah DU bersama istrinya PK, dan empat orang anak yang berinisial YF, FH, FA serta PR.
DU merupakan pimpinan kelompok Jamaah Ansharut Daulah di Surabaya, kelompok pengikut Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
Para terduga pelaku melakukan serangan secara terpisah. Pasutri DU dan PK serta dua anak, FS dan FR, berangkat bersama menggunakan mobil.
Sedangkan YF dan FH berboncengan dengan sepeda motor sambil membawa bom.
Pasutri berinisial GI dan NH nekat menerobos masuk ke Polres Indramayu, Jawa Barat pada 15 Juli 2018 sekitar pukul 02.35 WIB.
Pasutri itu melemparkan panci berisi bahan peledak ke dalam Polres Indramayu. Beruntung, bom panci itu tak meledak.
![]() |
Pada 12 Maret 2019 terjadi ledakan bom saat akan dilakukan penangkapan terhadap pelaku tindak pidana terorisme, Husain alias Abu Hamzah di Kota Sibolga, Sumatera Utara.
Polisi berupaya melakukan negosiasi dengan keluarga terduga teroris untuk segera menyerahkan diri. Di rumah itu, diketahui ada istri dan anak dari Husain.
Negosiasi itu berjalan alot. Hingga akhirnya terjadi dua kali ledakan bom secara berturut-turut pada 13 Maret sekitar pukul 01.20 WIB dini hari.
Dari hasil penyelidikan, polisi menduga bahwa istri dari Husain meledakkan diri di rumah tersebut bersama dengan anaknya yang berusia dua tahun.
Terbaru, ledakan bom bunuh diri terjadi di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3) sekitar pukul 10.28 WITA. Aksi ini diketahui dilakukan oleh pasangan suami istri yang baru enam bulan menikah, yakni L dan YF.
Dalam melakukan aksinya, pasutri ini mengendarai sepeda motor dengan nomor polisi DD 5984 MD. Keduanya sempat berusaha memasuki pelataran gereja namun dicegat oleh sekuriti.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan pelaku laki-laki berinisial L sempat meninggalkan surat wasiat sebelum melakukan aksinya.
"Saudara L ini sempat meninggalkan surat wasiat kepada orang tuanya yang isinya mengatakan bahwa yang bersangkutan berpamitan dan siap untuk mati syahid," kata Listyo dalam konferensi pers, Senin (29/3).
Pasca ledakan bom ini, Densus 88 bergerak memburu para terduga teroris. Hasilnya, ada 13 terduga teroris yang berhasil ditangkap.
Rinciannya, di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) lima orang, Jakarta-Bekasi empat orang dan Sulawesi Selatan empat orang.
(dis/pris)