Banjir, Ratusan Warga Flores Timur-Lembata NTT Mengungsi
Ratusan warga mengungsi akibat banjir bandang yang menerjang Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebanyak 256 warga mengungsi di Flores Timur dan 317 warga mengungsi di Lembata.
"Data sementara tercatat 256 warga mengungsi di Balai Desa Nelemawangi dan sejumlah warga lainnya mengungsi di Balai Desa Nelelamadike (Flores Timur)," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, Senin (5/4).
Raditya mengatakan sebanyak 24 orang masih hilang usai banjir bandang. Sementara 54 warga dilaporkan meninggal dunia dalam peristiwa ini.
"Sedangkan warga luka-luka, mereka telah mendapatkan perawatan medis," ujarnya.
Terdapat sembilan desa yang tersebar di empat kecamatan terdampak banjir bandang. Kesembilan desa tersebut yaitu Desa Nelemadike dan Nelemawangi yang berada di Kecamatan Ile Boleng.
Desa Waiburak dan Kelurahan Waiwerang di Adonara Timur. Desa Oyang Barang dan Pandai di Wotan Ulu Mado, serta Desa Duwanur, Waiwadan dan Daniboa, di wilayah Adonara Barat.
Raditya menyebut banjir bandang di Flores Timur juga membuat 17 unit rumah hanyut, 60 unit rumah terendam lumpur, dan sebanyak lima jembatan putus.
"BPBD setempat masih terus melakukan pendataan dan verifikasi dampak korban maupun kerusakan infrastruktur," katanya.
Lebih lanjut, Raditya mengatakan BPBD setempat mengalami beberapa kendala dalam menangani bencana ini. BPBD Kabupaten Flores Timur menginformasikan akses utama melalui penyeberangan laut, sedangkan kondisi hujan, angin dan gelombang membahayakan pelayaran kapal.
"Di sisi lain, evakuasi korban yang tertimbun lumpur masih terkendala alat berat," ujarnya.
Mengungsi di Kebun
Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langodai mengatakan sebanyak 317 warga yang mengungsi akibat banjir bandang yang menerjang 14 desa di dua kecamatan Kabupaten Lembata.
Rinciannya, 161 orang mengungsi di kebun daerah Lewileba dan 156 orang lainnya mengungsi di Kantor Camat Ile Ape. Mereka berasal dari Desa Jontana, Amakaka, Tanjungbatu dan Waowala.
"Korban luka dan patah tulang dievakuasi di puskesmas terdekat dan rumah sakit di Lewoleba," kata Thomas saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui telepon, Senin (5/4).
Thomas mengatakan setidaknya 18 warga meninggal dunia dalam bencana ini. Dua orang meninggal di Desa Lamawolo, Ile Ape Timur; enam orang di Desa Tanjung Batu dan Desa Amakaka; serta tiga oang di Desa Waowala.
Sementara itu warga yang masih hilang berada di Desa Waimatan sebanyak 29 orang, Desa Amakaka 18 orang, dan Desa Tanjung Batu 15 orang.
"Desa lainnya belum ada info karena jaringan internet putus," ujarnya.
Menurut Thomas, pihaknya mengalami sejumlah kendala dalam mengevakuasi korban bencana banjir bandang di Lembata. Akses ke sejumlah tempat terputus dan tertutup material longsor.
"Jalur menuju desa-desa itu terputus, tertimbun longsoran material, hari ini hujan juga masih lebat. Listrik masih padam, internet putus total belum bisa jangkau desa-desa yang terdampak," katanya.
Thomas mengaku belum bisa memperhitungkan kerugian materiil akibat bencana ini. Pihaknya masih fokus dalam upaya pencarian korban hilang dan evakuasi korban terdampak di beberapa lokasi.
Sebelumnya, BMKG merilis adanya dua bibit siklon tropis yang dapat berdampak pada cuaca ekstrem di wilayah NTT. Salah satunya telah menjadi siklon Seroja pada dini hari tadi.
Bibit siklon tropis itu tercatat mengarah ke arah timur hingga timur laut menjauhi wilayah Indonesia. Namun, pergerakannya terbilang lambat dan masih cukup dekat dengan daratan wilayah NTT saat tumbuh jadi siklon.
(tst/fra)