Filipina bahkan sempat menuding China melakukan invasi setelah 200 kapal milisi Negeri Tirai Bambu terlihat di daerah Kepulauan Spartly.
Reuters melaporkan bahwa coast guard Filipina sudah mendeteksi keberadaan kapal-kapal tersebut di Whitsun Reef, sekitar 320 kilometer dari Pulau Palawan, sejak 7 Maret lalu.
Rekaman video yang dirilis militer Filipina menunjukkan ratusan perahu tersebar di sekitar terumbu karang Hughes, Gaven, dan Whitsun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat insiden itu, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, dan Penasihat Keamanan Nasional Filipina, Hermogenes Esperon, membicarakan manuver China di wilayah bersengketa itu lewat telepon.
Filipina menganggap kehadiran ratusan kapal China di perairan itu sebagai sebuah ancaman. Manila juga mengirim sejumlah jet tempur ke terumbu karang Whitsun yang dianggap masuk ke dalam Zona Eksklusif Ekonomi mereka untuk menggertak kapal-kapal itu.
Indonesia sendiri mengaku netral dalam konflik di LCS. Namun Indonesia tetap siaga. Ini karena konflik terbuka di Laut China Selatan bisa ikut berdampak pada keberadaan Indonesia di Natuna yang jaraknya tak terlalu jauh.
Beberapa waktu lalu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto juga sempat membahas kondisi di LCS dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin III. Keduanya membahas hal tersebut melalui sambungan telepon.
"Menhan Austin dan Menhan Prabowo mendiskusikan kondisi keamanan di kawasan, termasuk situasi yang menantang di Laut China Selatan," kata juru bicara Kemenhan AS, John Kirby.
(tst/wis)