Sopir Bus AKAP soal Penutupan Terminal di DKI: Apa Boleh Buat

CNN Indonesia
Kamis, 08 Apr 2021 12:03 WIB
Sopir bus AKAP hanya bisa pasrah setelah pemerintah melarang warga mudik. Mereka berharap kebijakan penutupan terminal dikaji ulang.
Bus antar kota antar provinsi (AKAP) menaikkan penumpang di terminal Kampung Rambutan, Kamis (8/4). (CNN Indonesia/ Syakirun Niam)
Jakarta, CNN Indonesia --

Rencana Pemerintah DKI Jakarta menutup tiga terminal bus antar kota antar provinsi (AKAP) selama masa larangan mudik membuat sejumlah sopir bus AKAP kecewa. Namun, mereka hanya bisa pasrah dan berharap kebijakan penutupan sejumlah terminal dikaji kembali. 

Daryanto, seorang sopir bus AKAP PO Sinar Jaya jurusan Kampung Rambutan-Yogyakarta mengaku pasrah. Ia akan mengikuti keputusan pemerintah meskipun ia tidak bisa menarik penumpang.

"Kalau memang dibolehkan ya kita jalan. Kalau nggak ya apa boleh buat," kata Daryanto saat ditemui CNNIndonesia.com di terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Kamis (8/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kata dia, jika terminal Kampung Rambutan ditutup pada 6-17 Mei mendatang, ia terpaksa menganggur.

Hal semacam ini bukan pertama kali ia rasakan. Saat terminal Kampung Rambutan ditutup pada masa awal pandemi tahun lalu, ia mengaku terpaksa menganggur selama lima bulan.

"Saya libur lima bulan, lima bulan enggak kira-kira, ya. Anak, istri di rumah nuntut. Covid ngaruh ke kinerja sopir-sopir, kita kebanyakan nganggur," tutur pria asal Cirebon ini.

Selama masa itu, Daryanto tidak mendapatkan pemasukan dari manapun. Saat itu, ia bergantung pada uang tabungan hasil kerja sebelum pandemi.

Daryanto mengatakan, ia tidak mendapatkan gaji bulanan. Sebab, bayaran yang ia terima dihitung dari setiap membawa bus pulang-pergi (PP).

Dari setiap pulang-pergi mengangkut penumpang, ia mendapat bayaran Rp300-350 ribu.

"Kalau enggak jalan ya nggak ada bayaran," kata Daryanto.

Biasanya, kata dia, saat masa lebaran ia akan mendapatkan bonus dan insentif lebih. Jika biasanya dari setiap penumpang yang naik, ia mendapatkan Rp1.000, di masa lebaran naik menjadi Rp 1.500.

Untuk memenuhi kebutuhan Idul Fitri yang jatuh bulan depan, kata Daryanto, mungkin ia akan berhutang. Ia berharap pemerintah memberikan subsidi pada masa penutupan Kampung Rambutan.

"Mungkin bakal pinjem-pinjem atau jual apa. Kalau ada pemerintah ngasih, ya saya terima," katanya.

Sementara itu, salah satu pekerja agen bus AKAP di terminal Kampung Rambutan Eki Adriansyah mengatakan penutupan terminal bus AKAP pada masa larangan mudik itu belum pasti.

Meski demikian, ia mengaku was-was mendengar rencana penutupan itu. Sebab, ia terancam kehilangan pendapatan.

"Namanya orang kalau lebaran pasti senang, wah penumpang ramai dapat duit. Kalo ditutup gimana mau dapat pemasukan?" keluhnya.

Eki menceritakan saat terminal Kampung Rambutan tahun lalu ditutup selama Ramadan hingga lebaran, ia tidak mendapatkan pemasukan sama sekali.

Ia berharap pemerintah urung menutup terminal Kampung Rambutan pada masa larangan mudik nanti.

"Maunya si jangan ditutup, masak tahun kemaren ditutup sekarang mau ditutup lagi," protesnya.

Sementara itu, salah satu perantau asal Banyumas yang tidak mau disebutkan namanya mengaku akan mengikuti aturan pemerintah menutul terminal Kampung Rambutan dan melarang mudik.

Namun, ia merasa bingung jika dihadapkan pada urusan keluarga yang mendesak.

"Kalau ada kebutuhan urusan mendesak gitu kan kita nggak bisa bilang," katanya saat menunggu bus.

Pulang Sebelum Larangan Mudik

Keputusan pemerintah melarang mudik pada 6-17 Mei mendatang juga berdampak pada kenaikan penumpang pada beberapa hari terakhir.

Daryanto mengatakan, sejak Rabu (31/3) lalu, penumpang bus yang ia kendarai mengalami kenaikan.

Jika pada hari-hari normal bus terisi 15 hingga 20 seat, pada kurun waktu tersebut penuh.

"Semua (kursi) terisi. Padahal biasanya cuma 20," katanya.

Menurut Daryanto, kenaikan jumlah penumpang itu karena respon terhadap larangan mudik pemerintah.

Ia mendengar beberapa penumpangnya melakukan mudik sebelum tiba waktunya larangan mudik.

"Karena orang gitu, takutnya enggak boleh pulang," kata Daryanto.

Kebanyakan dari penumpangnya turun di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Salah satu penumpang bus AKAP jurusan Jakarta-Padang, Gus Meri Afrita mengaku memutuskan pulang kampung sebelum bulan Ramadan karena menghindari larangan mudik pemerintah.

Ia juga menghindari aturan yang mengharuskannya menjalani tes SWAB.

"Kalau entar takutnya di tes SWAB, ini segala macam jadi ribet, jadi pulang dari awal," kata Afrita sesaat sebelum naik ke busnya.

Hal senada juga disampaikan Sulistiono, perantau asal Palembang. Lantaran masa kontrak kerjanya habis, ia memutuskan pulang kampung.

Ia mengaku menghindari masa menganggur di ibu kota dan masa larangan mudik. Sulis mengatakan, berdasarkan informasi yang ia dapatkan, perjalanan ke Sumatera diizinkan hanya sampai 24 April.

"Mending sekarang saja pulang," kata Suli yang mudik bersama istrinya.

(iam/ugo)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER