BPOM Sebut Lokal Hanya Menonton Uji Klinis Vaksin Nusantara

CNN Indonesia
Jumat, 09 Apr 2021 09:54 WIB
Tim peneliti asing disebut BPOM mendominasi uji klinis vaksin nusantara besutan Terawan. Dokter lokal dilibatkan training, tapi hanya menonton saat uji klinis.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito. (CNN Indonesia/Djonet Sugiarto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkap tim peneliti Vaksin Nusantara besutan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto merupakan sponsor dari AVITA Biomedical asal Amerika Serikat.

Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan tim peneliti vaksin tersebut justru didominasi orang asing. Padahal, vaksin digembar-gemborkan sebagai karya anak bangsa.

"Dalam hasil uji klinis vaksin I ini pembahasannya tim peneliti asing lah yang menjelaskan, yang membela dan berdiskusi, yang memproses, pada saat kita hearing. Dan terbukti proses pelaksanaan uji klinis, proses produksinya semua dilakukan tim peneliti asing tersebut," tuturnya dalam rapat dengar dengan Komisi IX DPR RI yang disiarkan secara daring, Kamis (8/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, Penny mendapati tim peneliti dari RSUP dr. Kariadi Semarang dan Universitas Diponegoro tak banyak berperan dalam uji klinis I vaksin tersebut. Mereka disebut lebih banyak menonton tim peneliti dari AS bekerja.

"Memang ada training para dokter di RSUP Kariadi tersebut, Tapi kemudian mereka hanya menonton, tidak melakukan langsung, karena dalam pertanyaan juga mereka tidak menguasai," imbuhnya.

Selain itu, Penny menemukan komponen yang dipakai dalam vaksin diimpor dengan harga yang mahal. Namun, ia mendapati antigen yang digunakan dalam pengembangan vaksin tidak dalam kualitas mutu untuk masuk dalam tubuh manusia.

Penny juga menilai janggal karena konsep vaksinasi dendritik ini akan dilakukan di tempat terbuka. Ia mengatakan aktivitas yang memanfaatkan dendritik seharusnya dilakukan steril dan tertutup.

Ia menjelaskan proses pemanfaatan dendritik dilakukan dengan mengambil sampel darah setiap penerima vaksin untuk kemudian dipaparkan dengan kit vaksin yang dibentuk dari sel dendritik. Kemudian sel yang telah mengenal antigen akan diinkubasi selama 3-7 hari.

Setelah itu, baru hasilnya disuntik ke tubuh penerima vaksin. Sel dendritik tersebut diharapkan akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap Sars Cov-2.

"Artinya harus ada rentetan validasi yang membuktikan bahwa produk tersebut sebelum dimasukkan ke subjek benar-benar steril, tidak terkontaminasi, dan itu tidak dipenuhi," katanya.

Sebelumnya, BPOM tidak memberikan izin kelanjutan proses pengembangan uji klinis tahap II pada Vaksin Nusantara. Akibatnya, pengembangan vaksin tersebut dihentikan sementara.

Munculnya nama Vaksin Nusantara ke muka publik pun banyak menuai pro dan kontra. Banyak klaim yang digadang-gadang tim peneliti pada vaksin tersebut. Mulai dari antibodi vaksin yang diklaim bertahan seumur hidup hingga vaksin aman untuk semua umur dengan komorbid.

(fey/wis)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER