Dihubungi terpisah, pengamat politik Universitas Andalas Asrinaldi menilai ada peluang PDIP dipimpin orang di luar Trah Sukarno usai kepemimpinan Megawati.
Asrinaldi berkata ada sejumlah kader potensial yang bukan berasal dari keluarga Sukarno. Dia menyebut salah satunya adalah Joko Widodo.
"Di luar nama-nama lain memang Jokowi punya peran lebih besar karena beliau sudah pengalaman interaksi dengan parpol, tahu kehidupan parpol berbangsa dan bernegara, sudah paham karena 10 tahun jadi presiden," kata Asrinaldi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (12/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, ia menilai jalan Jokowi jadi ketum PDIP berat. Asrinaldi menilai ada potensi penolakan terhadap Jokowi dari kader-kader senior. Namun, hal itu bisa diatasi jika ada restu dari Megawati.
Nama lainnya yang disebut Asrinaldi adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Dia menilai Ganjar punya modal pengalaman di pemerintahan dan punya basis massa yang besar.
"Ganjar saya rasa juga potensial karena calon kuat presiden ke depan. Dibanding Puan, Ganjar lebih berpotensi (secara elektoral) dan itu tentu akan besar juga peluangnya," tuturnya.
Sebelumnya, politikus PDIP Hendrawan Supratikno menyatakan suksesi kepemimpinan di tubuh PDIP merupakan hak prerogatif Ketua Umum.
"Kami di PDIP tidak risau dengan urusan suksesi, karena dalam AD/ART jelas, itu hak prerogatif ketua umum petahana untuk menentukannya. Ketentuan tersebut dibuat sesuai dengan kultur organisasi kami yang unik, terpimpin atau hierarkis dan tegak lurus terhadap ideologi partai," ucap Hendrawan, Kamis (25/3).
Terlepas dari sejumlah nama besar di atas, Wasisto menilai jabatan Ketum PDIP tetap akan jadi milik keturunan Sukarno. Dia menyebut trah Sukarno merupakan perekat internal partai.
"Saya lihat kultur permisifnya tinggi. Artinya, kader yang bukan dari darah biru, bukan Trah Sukarno, agak segan bicara kekuasaan," ucap Wasisto.
Senada, Asrinaldi menyatakan keberadaan keluarga Sukarno selama ini jadi salah satu daya tarik elektoral PDIP. Dia memprediksi pengganti Megawati berasal dari keluarganya sendiri.
"Bayangkan kalau PDIP tidak lagi dari Trah Sukarno, saya pikir akan lari suara karena primordialisme di parpol kita masih kuat," tandas dia.
(dhf/arh)