KRI Nanggala Tenggelam dan Upaya Kemhan Modernisasi Alutsista

Kementerian Pertahanan | CNN Indonesia
Senin, 26 Apr 2021 16:18 WIB
Meski sudah berusia beberapa dekade, namun KRI Nanggala terus bertugas dengan baik selama ini, menyelami laut Indonesia demi menjaga kedaulatan.
KRI Nanggala 402 dinyatakan tenggelam. (ANTARA FOTO/SYAIFUL ARIF).
Jakarta, CNN Indonesia --

Indonesia berduka usai 53 anggota TNI AL gugur bersamaan tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 dalam mengemban tugas negara. KRI Nanggala-402 yang dipimpin Komandan Letkol Laut (P) Heri Oktavian dinyatakan hilang kontak sejak Rabu (21/4) saat melaksanakan latihan di Perairan Bali.

Saat ini, diskusi publik seputar tragedi tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 berpotensi berkembang ke arah politik. Hal ini perlu dihindari agar publik fokus kepada narasi urgensi rencana modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) di tiga matra TNI, yaitu darat, laut, dan udara.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sejak menjabat telah melakukan upaya penguatan serta modernisasi alutsista TNI tanpa mengganggu pembangunan kesejahteraan. Kebijakan negara dalam hal ini adalah meningkatkan anggaran kementerian pertahanan dalam bentuk PLN dan PDN.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun membeli alutista asing atas dasar pertimbangan teknologi yang belum mampu diproduksi oleh industri di dalam negeri, alutsista tersebut diwajibkan diproduksi/dirakit/dikerjasamakan dengan industri dalam negeri. Dalam hal ini dengan tujuan meningkatkan kemampuan TNI dengan tidak mengenyampingkan peningkatan kesejahteraan nasional.

"Alutsista di bidang pertahanan memang cukup mahal. Bahkan bisa saya katakan ya sangat mahal. Sangat mahal," kata Prabowo saat menggelar konferensi pers di Bali, Kamis (22/4) lalu.

Prabowo menyebut pimpinan negara-negara lain pun berpandangan serupa. Belanja alutsista kerap menjadi dilema.

Adapun pertahanan negara menjadi pekerjaan yang sangat rumit, memerlukan teknologi yang sangat tinggi, dan mengandung unsur bahaya. Selain itu alutsista di bidang pertahanan juga sangat mahal.

"Alutsista di bidang pertahanan memang cukup mahal. Bahkan bisa saya katakan ya sangat mahal. Sangat mahal," kata Prabowo saat menggelar konferensi pers di Bali, Kamis (22/4) lalu.

Oleh karena itu, perlu dukungan dari publik dan para ahli terhadap kebijakan pemerintah saat ini, di mana Menhan Prabowo bersama-sama pimpinan TNI menyusun suatu masterplan, rencana induk 25 tahun yang memberi suatu totalitas kemampuan pertahanan.

Lebih jauh lagi, ke depannya tujuannya adalah kemandirian industri pertahanan dalam negeri. Di era Prabowo juga, baru di periode ini, proses perawatan diperhatikan.

Kemhan selaku pembangun kekuatan meletakkan pemeliharaan dan perawatan (Harwat) beberapa alutsista didalam anggaran PDN/PLN yang sebelumnya diserahkan ke Anggaran Rupiah Murni masing-masing angkatan.

Prabowo diketahui sejak 22 April 2021, secara langsung mengikuti upaya pencarian KRI Nanggala-402 di Bali. Sejak proses pencarian berlangsung, menteri pertahanan dari beberapa negara telah menawarkan dan memberikan bantuan kepada RI melalui Prabowo, di antaranya Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Menteri Pertahanan Australia, Menteri Pertahanan India, dan Menteri Pertahanan Malaysia.

Beberapa negara itu masing-masing telah berperan aktif mengirim kapal canggih yang mempunyai kemampuan utama untuk melaksanakan SAR kapal selam, seperti kapal HMAS Ballarat dan HMAS Sirius milik Australia, kapal MV Mega Bakti milik Malaysia, kapal selam DSRV milik India, dan MV Swift Rescue milik Singapura.

Adapun pesawat pengintai Amerika P-8 Poseidon bergabung dalam operasi pencarian KRI Nanggala-402.

(osc)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER