Eks KSAL Minta Bangkai KRI Nanggala di Dasar Laut Dibersihkan
Mantan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Ade Supandi mengatakan bangkai kapal selam KRI Nanggala-402 yang kandas di perairan Bali harus dibersihkan agar tak membahayakan perjalanan kapal selam lainnya.
Ade menyadari pengangkatan kapal selam sulit dilakukan karena tenggelam pada kedalaman 800 meter di bawah laut.
"Itu harus selalu dipangkas sampai dasar karena itu akan membahayakan pelayaran bagi kapal selam," kata Ade kepada CNNIndonesia TV, Senin (26/4).
Ade menyebut operasi kapal selam di bawah laut harus bebas dari rintangan navigasi. Jika ada benda atau serpihan kapal yang tenggelam bisa membahayakan.
Menurutnya, lokasi tenggelam KRI Nanggala merupakan tempat latihan kapal selam Angkatan Laut. Oleh karena itu, dasar laut perairan itu harus terbebas dari sisa-sisa KRI Nanggala yang tenggelam.
Ade kemudian membandingkan dengan kapal perang yang tenggelam di Laut Jawa ketika Perang Dunia II. Menurutnya, tenggelamnya kapal perang tersebut tidak terlalu mendesak untuk dibersihkan sampai dasar laut.
"Ada contoh pada perang dunia kedua, bahwa ada kapal Australia dan Belanda yang tenggelam di Laut Jawa dan Sunda. Mereka tidak mengangkat kapal perang itu tetapi kemudian mereka meminta kita untuk menjadikan monumen perang kedua," ujarnya.
"Saya kira itu sebagai pembanding saja. Pada dasarnya dilihat kondisi di Laut Bali itu tempat tenggelamnya Nanggala bukan pelayaran tapi pelatihan kapal selam Angkatan Laut," kata Ade menambahkan.
Sebelumnya, KSAL Laksamana Yudo Margono mengatakan kapal selam KRI Nanggala-402 terdeteksi berada di kedalaman 838 meter di bawah permukaan laut.
Lokasi KRI Nanggala-402 mulai terdeteksi usai KRI Rigel melakukan Multibeam Echosounder dan melaksanakan kontak bawah air di tempat yang diduga kuat posisi tenggelamnya kapal selam itu.
Berdasarkan hasil temuan, kapal tersebut juga terbelah menjadi tiga bagian. Seluruh 53 awak kapal selam itu juga dinyatakan meninggal dunia.
(yla/fra)