TNI Angkatan Laut berencana untuk tetap mengevakuasi bangkai kapal selam KRI Nanggala-402 beserta jenazah 53 awak yang tenggelam di perairan Utara Bali pada Rabu (21/4) pekan lalu.
Asisten Perencanaan, Kepala Staf Angkatan Laut (Asrena KSAL), Laksamana Muda TNI Muhammad Ali mengatakan timnya masih merembuk metode apa yang bakal digunakan untuk mengangkat bagian tubuh kapal selam tersebut. Pasalnya, kapal karam di bagian laut dalam.
Ali pun mengungkapkan ada sejumlah metode yang bisa dilakukan jika mengingat posisi kapal berada di kedalaman 838 meter di bawah permukaan laut. Pasalnya kata dia, kedalaman akan mempengaruhi tingkat kesulitan ketika pengangkatan bagian badan kapal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Metode pengangkatan ini bermacam-macam bergantung dari kedalaman posisi kapal di kedalaman berapa, ini juga sangat mempengaruhi tingkat kesulitan dari pengangkatan kapal tersebut," kata Ali saat melakukan konferensi pers di Mabes AL, Selasa (27/4) kemarin.
Berkaca dari insiden tenggelamnya Kapal Kurks milik Rusia di Laut Barents pada 2000 lalu, Ali menyebut pengangkatan bangkai tak pernah mudah. Bahkan negara sekelas Rusia yang mampu membuat kapal selam sendiri pun tetap meminta bantuan negara lain.
"Itu negara sekelas Rusia yang sudah bisa buat kapal selam sendiri loh," kata dia.
![]() |
Lebih lanjut, Ali merinci metode pengangkatan yang mungkin bisa diterapkan untuk KRI Nanggala 402. Pengangkatan kata dia, bisa dilakukan dengan menusuk, mengait, hingga mengangkat bagian badan kapal secara perlahan.
"Ada yang dengan menggunakan balon udara dan macam-macam," tutur dia.
Bahkan, lanjut Ali, untuk KRI Nanggala-402 ini bisa pula menggunakan metode hembusan yakni dengan cara memasukan selang-selang ke dalam kapal dan menghubungkannya dengan tangki pemberat pokok.
"Nah kemudian baru dihembuskan angin ke dalamnya sehingga air terbuang," kata dia.
Lihat juga:Jejak Munarman dalam Dugaan Kasus Terorisme |
Namun begitu Ali mengungkapkan, semua metode tersebut tetap wajib memperhatikan kondisi dan tekanan di bawah air. Faktor tersebut menurutnya turut memengaruhi metode pengangkatan timnya.
"Kalau sudah hancur agak sulit mungkin untuk mengangkat. Mungkin mengangkatnya seperti Kurks itu, dia dirusak tapi bisa mengangkat sebagian besar," kata Ali.
"Nah rencana kita, itu masih kita diskusikan bagaimana caranya mengangkat karena kedalamannya ini tidak dangkal ya, ini termasuk dalam, lebih dalam dari kejadian kapal selam Argentina. Ini 838 meter," jelas dia lagi.