Guru besar sekaligus pakar pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Said Hamid Hasan mengatakan perubahan pembelajaran di dalam kelas tidak bisa hanya dengan menekan persentase dosen mengajar teori.
Menurutnya hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Alasannya, kata dia, karena pada mata kuliah tertentu banyak membahas terkait teori, maka mayoritas kegiatan di kelas akan diisi dengan dosen mengajarkan teori.
"Jadi mengajar teori itu tidak bisa dipersentasekan seperti itu. Tergantung dari teori yang kita ajarkan, kompleksitas dari teori itu. Membatasi persenan begitu tidak boleh. Tapi mengatakan tidak hanya teori, tapi ada contoh-contoh kasus, itu baru satu hal yang baik," kata Hamid ketika dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (25/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lagi pula, menurut Hamid, tak semua dosen hanya terpaku pada teori ketika mengajar. Ketika menyampaikan pemahaman tentang teori, dosen juga berupaya membangun diskusi dan praktik di dalam kelas.
Namun yang jadi masalah adalah kurangnya kemampuan mahasiswa untuk bernalar kritis dalam mencerna materi yang disampaikan. Sehingga kebanyakan mahasiswa hanya menerima bahan ajar tanpa pendalaman lebih lanjut.
"Mahasiswa kita tidak terlatih untuk bertanya, tidak terlatih untuk punya rasa ingin tahu. Kemampuan bertanya itu seharusnya dilatih sejak SD," kata Hamid.
Ia mengakui sesungguhnya mendorong kemampuan bernalar kritis itu menjadi tugas semua jenjang pendidikan, termasuk pendidikan tinggi. Artinya, bukan berarti dosen hanya diam menyikapi sikap mahasiswa yang tidak aktif.
Hamid memahami dosen juga perlu mendorong terciptanya ruang diskusi di kelas. Namun diskusi tidak bisa diharapkan mendominasi ruang kelas, khususnya pada program studi sarjana (S1) yang umumnya diisi banyak mahasiswa dalam satu kelas.
Alih-alih menuntut dosen mengurangi porsi mengajar teori, Hamid menilai seharusnya Kemendikbudristek mendorong perubahan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bernalar kritis di semua jenjang pendidikan.
"Jadi ini bukan satu gerakan pada satu tempat atau satu level pendidikan saja. Seharusnya kita mulai dari bawah. Tapi tidak berarti kita menunggu yang dari bawah naik ke pendidikan tinggi. Semua level harus bergerak sekarang," tambahnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek Nizam mengatakan pihaknya ingin mewujudkan perubahan pembelajaran di dalam kelas pada perguruan tinggi.
Harapannya, ke depan dosen tidak akan banyak mengajar teori di kelas. Ia menjelaskan pembelajaran teori akan dilakukan di luar kelas dengan platform digital. Sementara kelas menjadi ruang diskusi antara dosen dan mahasiswa.
"Bukan lagi dosen di depan kelas berdiri, berikan kuliah, itu mungkin 10 persen. 90 persen ruang diskusi. Di rumah waktunya belajar teorinya, yang belum jelas didiskusikan di kelas," tuturnya, Kamis (20/5).
(fey/ain)