Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengatakan Hari Pendidikan Nasional--yang jatuh pada 2 Mei lalu--kerap kali hanya dijadikan perayaan tahunan tanpa refleksi terhadap kendala pendidikan yang ada.
"Peringatan Hari Pendidikan Nasional sering kali tidak diikuti oleh refleksi yang berbuah solusi atau gerakan yang mengarah kepada perubahan," kata Nadiem dalam acara peluncuran pameran virtual Hardiknas 2021 yang disiarkan YouTube Kemendikbud RI, Jumat (21/5).
Padahal menurutnya Hari Pendidikan Nasional semestinya tidak hanya menjadi perayaan, namun juga momentum mempertanyakan ragam kendala pendidikan yang sampai saat ini masih jadi hambatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nadiem menyatakan fenomena tersebut bukan hanya terjadi pada perayaan Hari Pendidikan Nasional. Hal serupa juga didapati pada pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menurutnya kerap kali hanya dijadikan sebagai slogan.
Ia mengatakan pola pikir seperti ini tak bisa terus dibiarkan. Khususnya di tengah pandemi covid-19, Nadiem mengatakan banyak persoalan pendidikan yang kian nyata dan perlu ditangani dengan sungguh-sungguh.
Beberapa di antaranya yang Nadiem soroti seperti banyaknya angka putus sekolah di kalangan anak usia sekolah di Indonesia. Kemudian akses pendidikan yang tidak merata dan anak-anak yang ia nilai belum merdeka dalam belajar.
Mantan bos Go-jek itu mengatakan menyelesaikan permasalahan tersebut serta mewujudkan kemerdekaan belajar membutuhkan proses yang panjang dan perjuangan. Ia ingin tercipta atmosfer setiap hari sebagai hari pendidikan.
"Sekarang ini merupakan waktu yang terbaik untuk mengobati, mengubah pola pikir kita. Hari Pendidikan Nasional semestinya tidak hanya menjadi perayaan," tuturnya.
(fey/wis)