Komda KIPI DKI Tepis Efek Langsung Vaksin, Akui Anafilaktik

CNN Indonesia
Rabu, 26 Mei 2021 01:15 WIB
Semua efek serius yang dilaporkan warga DKI pascapenyuntikan vaksin Covid-19 diklaim tidak terkait vaksinasi, meski diakui ada anafilkatik alias alergi serius.
Ilustrasi vaksinasi massal. (Foto: CNN Indonesia/Adi Maulana)
Jakarta, CNN Indonesia --

Komisi Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komda KIPI) DKI Jakarta mengklaim seluruh efek serius yang dilaporkan warga ibu kota pasca penyuntikan vaksin Virus Corona (Covid-19) tidak terkait vaksinasi.

Ketua Komda KIPI Provinsi DKI Jakarta Ellen Sianipar mengatakan kesimpulan itu didapatkan dari hasil kajian dan investigasi setelahnya. Namun demikian, Ellen tidak merinci berapa besaran laporan kasus efek serius yang dilaporkan warga kepada pihaknya.

"Jadi sampai sekarang [efek serius] yang berhubungan langsung dengan vaksin tidak ada, ada reaksi anafilaktik tapi segera tertangani," kata Ellen dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube Lawan Covid19 ID, Selasa (25/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari situs Kementerian Kesehatan, anafilaktik adalah syok yang disebabkan oleh reaksi alergi yang berat yang membutuhkan pertolongan yang cepat dan tepat.

Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Sinovac Kusnandi Rusmil menyebut bahwa kejadian anafilaktik pasti akan terjadi untuk penyuntikan skala besar. Hal itu, katanya, mesti diantisipasi oleh fasilitas pelayanan kesehatan.

"Kalau kita lakukan vaksinasi 1 juta saja, 1-2 orang akan pingsan. Kalau yang disuntik 10 juta maka yang pingsan 10-20 orang, orang akan ribut, medsos akan bertubi-tubi, media sibuk. Padahal memang seperti itu. Jadi kita harus siap-siap," ungkap Kusnandi, yang juga Guru Besar dari Universitas Padjadjaran, dikutip dari situ Kemenkes, Januari.

Ellen melanjutkan bahwa KIPI yang membutuhkan perawatan inap di DKI juga tidak terkait vaksin. Itu terjadi lantaran sasaran vaksinasi memiliki penyakit penyerta alias komorbid, bahkan juga terpapar Virus Corona sebelum divaksin.

"Beberapa memang dilakukan perawatan, itu kejadian agak banyak coincidence," jelasnya.

Dengan kondisi itu, Ellen pun meminta agar masyarakat yang menjadi sasaran vaksinasi untuk jujur saat proses penapisan alias screening. Ia meminta warga yang merasa memiliki keluhan tidak enak badan dan komorbid sebelum vaksinasi untuk berkata apa adanya.

"Pasien tidak terbuka, menyembunyikan, atau merasa dirinya ingin segera mendapat vaksinasi, jadi menggebu-gebu. Jadi ada kadang-kadang dia sudah mulai pusing sejak kemarin, tapi ketika ditanya dia tidak mengatakan apa-apa," ungkap Ellen.

Lebih lanjut, Ellen juga meminta agar masyarakat tidak takut divaksin, sebab data menunjukkan bahwa vaksin mampu menekan angka kematian juga meminimalisir perburukan gejala apabila terinfeksi Covid-19. Ia juga memastikan bahwa KIPI yang ditemukan sejauh ini lebih banyak non-serius.

Berikut 7 vaksin Covid-19 yang akan diedarkan di dalam negeri berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan.Berikut 7 vaksin Covid-19 yang akan diedarkan di dalam negeri berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan. (Foto: CNN Indonesia/Timothy Loen)

KIPI serius merupakan setiap kejadian medik pascaimunisasi yang menyebabkan sasaran vaksinasi harus menjalani rawat inap, kecacatan dan kematian, serta yang menimbulkan keresahan di masyarakat.

Sementara KIPI non serius merupakan kejadian medik pasca imunisasi dan tidak menimbulkan risiko potensial pada kesehatan penerima vaksinasi. Diantaranya seperti pusing, muntah, demam, nyeri otot, hingga nyeri sendiri dan beberapa efek samping ringan lainnya.

"Kalau kita lihat KIPI kecil, jadi tidak banyak. Itu memang dibesar-besarkan oleh orang, sehingga membuat masyarakat ragu," pungkas Ellen.

Ketua Komisi Nasional KIPI Hindra Irawan Satari sebelumnya mengungkapkan per 16 Mei 2021, pihaknya telah mencatat sebanyak 229 laporan efek samping serius dari pemberian vaksin virus corona di Indonesia. Rinciannya, 211 laporan dari vaksin Sinovac sementara 18 laporan dari vaksin AstraZeneca.

Program vaksinasi nasional menggunakan vaksin Sinovac sendiri telah dimulai sejak pekan kedua Januari 2021 sementara untuk AstraZeneca baru dimulai pekan ketiga Maret 2021 lalu.

(arh/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER