Vaksinasi Lansia Jadi Bukti Kasih Sayang pada Orang Tua

KPCPEN | CNN Indonesia
Sabtu, 29 Mei 2021 15:32 WIB
Keluarga terdekat didorong untuk mengajak dan membantu orang tua yang masuk kelompok lansia untuk menerima vaksin Covid-19.
Ilustrasi lansia yang menerima vaksinasi Covid-19. (Foto: CNN Indonesia/ Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kelompok lanjut usia atau lansia dinyatakan memiliki risiko tinggi jika terpapar Covid-19. Untuk itu, perlindungan terhadap lansia menjadi prioritas yang penting.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, angka kematian kelompok lansia akibat Covid-19 mencapai 49,4 persen. Sementara, angka kematian kelompok usia 46-59 tahun adalah sebesar 35,5 persen, usia 31-45 tahun sebesar 11,2 persen, dan sisanya berasal dari kelompok usia 30 tahun ke bawah.

Eka Simanjuntak merupakan salah seorang yang harus merelakan kepergian sang ayah di usia 85 tahun. Sebelumnya, Humala Simanjuntak dikisahkan masih aktif bekerja dan bergerak, termasuk menyetir mobil sendiri. Humala berprofesi sebagai pengacara, yang tetap memberi pendampingan bagi mereka yang memiliki masalah hukum.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suatu hari, Humala jatuh di tangga. Dia didiagnosis memiliki masalah pada gendang telinga sehingga mengganggu keseimbangan dan menjalani perawatan di rumah. Namun saat makan, Humala ternyata tak dapat mencium bau dan merasakan makanan.

"Kakak saya mulai curiga, ayah saya langsung di PCR dan hasilnya positif Covid-19. Kemudian langsung dirawat di RS Hermina Kemayoran hingga tutup usia," tutur Eka.

Diungkapkan, sebelumnya Humala selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan, juga mengingatkan orang-orang di sekitarnya. Dalam sebuah kesempatan, Humala pulang kampung karena ada keperluan. Saat itu Humala melihat banyak orang tidak menjalankan prokes dengan benar. Hal ini disebut Eka membuat sang ayah menganggap Covid-19 tidak berbahaya.

"Apalagi ayah saya merasa sehat dan masih bisa beraktivitas seperti biasa di usia yang sudah 85 tahun," katanya.

Menurut Eka, siapapun tidak boleh menganggap remeh Covid-19 sekalipun merasa sehat. Semasa hidup, Humala tak punya masalah kesehatan dan menerapkan gaya hidup sehat. Selain prokes, vaksinasi juga diyakini sebagai cara menghindari Covid-19.

"Tidak ada yang lain. Vaksinasi mengurangi risiko, dan kalaupun masih tertular, proses penyembuhannya akan lebih baik dibanding dengan yang belum divaksinasi," ujar Eka.

Taufiq Dimas yang juga kehilangan sang ayah karena Covid-19 mengatakan, kini bukan waktunya meragukan keberadaan Covid-19, apalagi sampai meremehkan. Dimas menekankan, vaksinasi amat penting bagi lansia.

"Jangan karena masih merasa sehat saja dan tidak pernah mengalami hal yang tidak diinginkan kita jadi abai dengan protokol dan malah membahayakan orang lain," ucap Dimas.

Bantu Lansia untuk Divaksin

Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Reni Rondonuwu mengatakan, kemudahan akses ke lokasi vaksinasi menjadi salah satu kendala penyebab rendahnya cakupan vaksinasi bagi lansia. Kondisi fisik yang menurun karena usia membuat lansia membutuhkan tempat vaksinasi yang mudah dijangkau.

Selain itu, tidak semua sasaran vaksinasi memiliki kondisi sosial dan ekonomi yang sama. Ada penyebab lain yang menghalangi lansia menerima vaksin, seperti lokasi vaksinasi yang jauh, ketiadaan pendamping, akses transportasi yang sulit, dan lain sebagainya.

Untuk itu, Maxi menegaskan bahwa daerah perlu melakukan gerakan bersama yang jauh lebih masif dengan melibatkan stakeholder terkait, termasuk menciptakan model baru vaksinasi yang mudah, aman, dan nyaman.

"Kami membuat kebijakan, satu pendamping yang membawa dua lansia akan ikut disuntik vaksin. Mudah-mudahan daerah juga akan diimplementasikan. Karena ada 456 kabupaten/kota yang cakupan vaksinasi lansia masih di bawah 25 persen. Saya kira daerah perlu mencontoh DKI Jakarta, yang camat maupun lurah ikut terlibat untuk memobilisasi lansia," kata Maxi.

Kepercayaan masyarakat untuk melindungi diri dari penularan Covid-19 juga turut jadi perhatian pemerintah, termasuk kekhawatiran anak akan keamanan dan efektivitas jika orang tua yang lansia divaksin.

Koordinator PMO Komunikasi Publik KPCPEN Arya Sinulingga menambahkan, pemerintah menargetkan 181,5 juta penduduk Indonesia mendapat vaksin Covid-19 dalam satu tahun sejak 13 Januari 2021. Untuk itu, pemerintah melibatkan semua pihak untuk menyukseskan program ini. Salah satunya, dengan membuka banyak lokasi vaksinasi.

"Ini tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di sejumlah kota di Indonesia. Ada juga layanan drive thru," kata Arya.

Lebih lanjut, ia meminta agar keluarga terdekat mengajak dan membantu orang tua untuk divaksin. Sementara Ketua ITAGI Sri Rezeki S Hadinegoro menakankan masyarakat tidak perlu takut akan efek samping vaksinasi. Dia menjelaskan bahwa kelompok lansia yang mengalami Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) tergolong sangat rendah.

Sri Rezeki menegaskan, pemerintah akan menyediakan vaksin Covid-19 yang aman, bermutu, dan berkhasiat.

"Efek samping kedua vaksin ini (Sinovac dan AstraZeneca) cukup ringan, tidak ada yang masuk RS atau sampai meninggal. KIPI pada lansia ini justru sangat sangat sedikit dibandingkan yang dewasa/muda," kata Sri Rezeki.

Senada, Ketua Komnas PP KIPI Hindra Irawan Satari menyatakan bahwa meski kesadaran lansia terkait vaksinasi cukup baik, namun tak jarang justru keluarga yang tak memiliki informasi tepat sehingga tak mengizinkan lansia divaksin.

Hindra menyebut, dirinya telah divaksinasi dua kali. Di usia 66 tahun, dia memiliki gangguan gangguan irama jantung, penderita hipertensi, kolesterol yang sempat tinggi, dan juga asam urat. "Alhamdulillah sehat, saya sudah dua kali divaksinasi, jadi jangan ragu-ragu," katanya.

Meski memiliki komorbid atau penyakit penyerta, lansia tetap bisa divaksin. Hindra menjamin, vaksin aman bagi masyarakat. Terlebih, Komnas KIPI terus memantau, mengkaji setiap hari, dan merekomendasikan terkait keamanan vaksin.

"Kalau ada perubahan kita buat rekomendasi baru," kata Hindra.

Ditambahkan, jika ada laporan terkait KIPI, maka Komnas KIPI akan mengecek berapa lama waktu antara pemberian vaksin hingga timbul gejala, dan mengecek jika ada penyakit lain sebagai penyebab gejala dan bukan berasal dari vaksin.

"Kalau gejala lebih dua hari laporkan saja nanti gejala itu diinvestigasi, dianalisis, dan dikaji. Apapun keluhannya silakan lapor, kita justru mengharapkan laporan," ujar Hindra.

(rea)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER