Warga pesisir Pantai Tehoru dan Yaputi, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah mengungsi ke gunung setelah melihat air di pantai surut. Tak lama kemudian muncul ombak berukuran kecil naik di pesisir pantai Pelabuhan Tehoru.
Fenomena itu terjadi pascagempa dengan Magnitudo 6,1 di Maluku Tengah, Rabu (17/6).
Mona, salah satu warga Tehoru, mengatakan saat ini masyarakat pesisir pantai Tehoru dan Yaputi, Kecamatan Tehoru, Maluku Tengah tengah mengungsi ke gunung Waewalata Tehoru, Maluku Tengah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, mereka sedang menempati gedung sekolah Madrasah Aliyah (MA) dan Gedung SMA Tehoru tepatnya di belakang Polsek Tehoru, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah.
Ia bilang warga yang mengungsi kebanyakan anak-anak dan ibu-ibu setelah gempa magnitudo 6,1 mengguncang wilayah Tehoru, Maluku Tengah, Rabu (17/6).
"Di sini terjadi patahan tanah di Desa Mahu, Kecamatan Tehoru dan kerusakan bangunan rumah di Desa Haya, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah," tutur Mona saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu, (17/6).
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) kelas 1 Ambon sempat mengimbau warga pesisir pantai di Desa Tehoru dan Yaputi menjauhi bibir pantai 2 jam karena potensi tsunami setelah gempa Magnitudo 6,1 mengguncang wilayah Tehoru, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah.
Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan tsunami yang terjadi di Kecamatan Tehoru, Maluku Tengah akibat terjadinya longsoran bawah laut.
"Hasil pemodelan tsunami dgn sumber gempa Malteng M6,0 kedalaman 19 km menunjukkan bahwa gempa ini TIDAK BERPOTENSI TSUNAMI, namun didasarkan hasil observasi muka laut sta TEHORU menunjukkan ada kenaikan muka air laut setinggi 0,5 m. Hal ini diperkirakan akibat dari longsoran bawah laut," ujar Daryono lewat akun Twitternya.
(sai/pmg)