Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan sebanyak 20 persen pasien terpapar virus corona (Covid-19) di Wisma Atlet telah mendapat suntikan dosis vaksin covid-19, sementara 80 persen lainnya belum sama sekali.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, laporan itu diterima Kemenkes dua pekan lalu.
Pada 8 Juni jumlah pasien sebanyak 2.969 orang, maka 20 persen pasien yang sudah divaksin itu sekitar 590 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami dapat laporan dua minggu lalu di Wisma Atlet itu yang dirawat 80 persen itu belum divaksinasi, yang sudah divaksinasi itu 20 persen. 60 persennya masih dosis pertama, dan sisanya sudah dosis dua," kata Maxi dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube Lawan Covid19 ID, Rabu (23/6).
Melihat temuan itu, Maxi mewanti-wanti bahwa vaksin covid-19 memang tak lantas mengobati atau mencegah 100 orang terpapar covid-19.
Untuk itu, seluruh warga Indonesia baik yang belum atau sudah divaksin tetap wajib mematuhi protokol 3M yang meliputi memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Namun demikian, dengan melihat temuan itu, Maxi juga megingatkan bahwa vaksin memiliki manfaat untuk mengurangi tingkat keparahan gejala penyintas covid-19, sehingga diharapkan mampu menekan angka kematian warga akibat covid-19.
"Jadi vaksinasi ini sudah membuktikan bahwa juga menurunkan angka kesakitan dan angka kematian," kata dia.
Lebih lanjut, Maxi juga menyoroti mutasi virus SARS-CoV-2 yang sudah mulai banyak terdeteksi di Indonesia berpotensi memiliki tingkat penularan yang tinggi dan eksponensial.
Ia juga menduga varian delta B1617 cenderung ditemukan pada pasien terpapar covid-19 dengan usia di bawah 18 tahun. Kemenkes sendiri sejauh ini sudah mencatat ada 160 kasus varian delta di Indonesia.
Namun demikian, Maxi menyebut sejauh ini belum ada ciri-ciri klinis khusus yang membedakan seseorang terpapar virus corona biasa atau dengan varian delta.
Untuk itu, ia meminta agar warga yang menjadi sasaran vaksinasi untuk tak menolak dan lekas mendapat suntikan vaksin sebelum virus corona lebih banyak lagi bermutasi.
"Percepatan vaksinasi ini menjadi salah satu solusi kita menahan laju penyebaran covid-19 khususnya varian-varian baru," pungkasnya.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebelumnya juga mencatat sebanyak 61 dokter meninggal akibat terpapar virus corona sepanjang Februari-Mei 2021. Dari puluhan kematian itu, 14 diantaranya diketahui sudah mendapat suntikan dosis vaksin covid-19.
Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI Adib Khumaidi merinci, 10 orang telah mendapat dua dosis vaksin covid-19, sementara 4 lainnya baru menerima satu dosis. Sementara 47 dokter lainnya yang meninggal belum divaksin lantaran tidak memenuhi syarat vaksin terkait komorbid alias penyakit penyerta yang mereka miliki.
(khr/psp)