Jalan Ibu Mencari Kebenaran Dugaan Anak Tewas Saat Ditangkap

CNN Indonesia
Sabtu, 26 Jun 2021 16:14 WIB
Sarifah, 59, berjuang mencari kebenaran atas kematian putranya yang diduga dianiaya polisi di Sulawesi Tenggara.
Ilustrasi. Sarifah, 59, berjuang mencari kebenaran atas kematian putranya yang diduga dianiaya polisi di Sulawesi Tenggara. (mkaragoz/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sarifah (59) tidak pernah menyangka hidangan di meja makan untuk anaknya, Samsul Egar (28) pada Minggu (25/4) sore adalah yang terakhir di Wolio, Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra). 

Beberapa jam setelahnya, putranya meninggal dengan luka lebam di tubuhnya setelah ditangkap oleh Polres Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra). Egar diduga menjadi kurir narkoba.

Sarifah bercerita pada Minggu malam itu dirinya dijemput petugas polisi dengan menggunakan mobil. Tak ada kalimat dari petugas, kecuali memintanya ikut dan menyiapkan empat lembar sarung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah mobil itu berjalan seratus meter, saudara Sarifah mengatakan bahwa Egar telah meninggal.

Setibanya di rumah sakit, Sarifah heran ada sejumlah polisi dan ia mengaku tak diperbolehkan melihat kondisi jasad buah hatinya. Tak lama kemudian, ia didatangi Kapolsek setempat dan Kapolres Baubau memintanya tetap tenang.

"Saya mau lihat anakku seperti apa, tapi mereka belum ada jawaban," kata Sarifah saat menjadi salah satu narasumber yang disiarkan di kanal Youtube KontraS, Jum'at (25/6).

Sarifah baru melihat jenazah anaknya saat hendak dibawa ke rumah duka. Ia mengatakan keluarga tidak mendapatkan surat apapun baik dari pihak kepolisian maupun rumah sakit yang bisa menjelaskan alasan kematian Egar.

Sementara itu saat sebelum jenazah anaknya dimandikan, ia melihat luka lebam di bahu kiri Egar hingga ke telinga. Beberapa anggota keluarganya mengatakan bahwa mungkin luka lebam itu bekas penyiksaan.

Ia kemudian mendapatkan informasi dari warga bahwa Egar telah ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di tempat kejadian perkara (TKP).

Sarifah mengaku dapat keterangan berbeda dari polisi, bahwa anaknya meninggal karena kelelahan setelah kejar-kejaran dan terkena serangan jantung. Egar telah menjalani perawatan di rumah sakit namun nyawanya tidak tertolong.

Sebab perbedaan keterangan tersebut, Sarifah pun merasa  ada yang tidak benar dengan informasi kematian anaknya.

Setelah tujuh hari kematian Egar, Sarifah dan keluarganya sepakat bahwa kematian anaknya tidak wajar. Mereka lantas mencari bantuan dan resmi mendapatkan pendampingan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Amanah Manusia pada Minggu (9/5).

"Polisi tidak transparan, tidak ada surat kronologis, nggak ada. Pada saat Konpers kenapa ada kencing anakku di meja itu? Apakah orang meninggal itu bisa kencing?" kata Sarifah.

Dugaan Penganiayaan

KontraS  menyebut ada dugaan penganiayaan yang dilakukan pihak Polres Baubau sehingga mengakibatkan Egar tewas. Sementara itu, kuasa hukum Sarifah, Safrin Salam menyebut ada kejanggalan dalam kematian Egar.

Kejanggalan pertama adalah polisi tidak mau melakukan autopsi, padahal keluarga sudah menandatangani surat persetujuan.

Kejanggalan selanjutnya adalah pernyataan polisi yang menyebut bahwa Egar meninggal karena kelelahan. Egar juga disebutkan aparat sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Namun, menurut Safrin, ada saksi di TKP yang sempat memeriksa kondisi nadi dan pernapasan Egar di TKP, dan menyatakan tidak ada tanda kehidupan. Keluarga pun sempat menemukan sejumlah lebam saat memandikan jenazah, walau tidak sempat mendokumentasikan lewat foto. 

Sebaliknya, kata Safrin, pihak Polda Sultra mengirimkan surat yang menyatakan bahwa tindakan kepolisian telah sesuai dengan prosedur.

"Kalau (tuduhan kurir) narkoba kami enggak ada masalah, bahkan mamanya bilang kenapa nggak ditembak saja kakinya supaya tetap hidup? Penyebab kematiannya sampai detik ini tidak kami dapatkan sama sekali,"ujar Safrin saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat malam.

CNNIndonesia.com telah menghubungi Kapolres Baubau AKBP Zainal Rio Tangkari melalui aplikasi pesan pendek dan telepon guna melakukan konfirmasi. Namun, hingga berita ini dituliskan Rio tidak merespons meskipun pesan pendek tersebut telah tercentang biru--sebagai tanda telah dibaca.

(iam/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER