Ikatan Dokter Indonesia (IDI) merekomendasikan tenaga kesehatan (nakes) baik dokter maupun perawat serta masyarakat Indonesia mendapat booster alias suntikan dosis ketiga vaksin virus corona (covid-19).
Ketua Umum IDI Daeng M. Faqih mengatakan rekomendasi itu muncul lantaran beberapa penelitian menyebutkan bahwa antibodi vaksin Covid-19 yang beredar saat ini hanya berkisar di kurun waktu enam bulan.
"Kami berharap nakes harus di-booster, karena dia berhadapan dengan pasien, dan saat ini berhadapan dengan varian-varian baru. Namun kami merekomendasikan itu bukan hanya pada nakes, tapi seluruh warga," kata Daeng saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (28/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daeng mengungkapkan perihal teknis dan mekanisme vaksin dosis ketiga tetap diatur oleh pemerintah pusat. Saat ini diketahui pemerintah menyiapkan komitmen vaksin hanya untuk dua dosis kepada sasaran 181.554.465 penduduk.
Wacana booster vaksin berkembang menyusul temuan kasus infeksi Covid-19 dari warga dan nakes yang telah dua kali atau lengkap disuntik vaksin. Booster dapat berbentuk suntikan kedua dengan jenis vaksin berbeda, suntikan vaksin ketiga setelah dosis lengkap, atau vaksin reguler tiap tahun untuk memperkuat kekebalan seperti vaksin flu.
"Nanti skema pemerintah yang atur, entah booster ditanggung pemerintah lagi atau masyarakat itu beli. Ya itu terserah pemerintah skemanya," kata dia.
Lebih lanjut, Daeng juga menyebut rekomendasi booster vaksin Covid-19 ini telah disampaikan IDI kepada pemerintah pusat beberapa pekan lalu. Ia pun berharap rekomendasi itu lekas mendapat respons yang baik dari pemerintah.
"Kami sudah rapat, mudah-mudahan itu adalah respons secepatnya. Karena bagaimanapun itu mesti dibahas oleh Kemenkes. Ya, mudah-mudahan ada respons baik," ujar Daeng.
Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengaku pihaknya masih menunggu hasil uji klinis tahap tiga oleh para produsen terkait wacana untuk melakukan booster vaksin corona.
Nadia menegaskan, Kemenkes tak melakukan uji klinis tersebut. Namun, sebuah tim dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung tengah melakukan penelitian untuk menguji berapa lama antibodi yang dibentuk vaksin bertahan dalam tubuh.
Menurut Nadia, dari dua pertimbangan itu, yang salah satunya termasuk masukan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) akan menjadi pertimbangan pihaknya untuk melakukan booster vaksin covid-19 di Tanah Air.
(khr/ain)