Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito di Sleman, DI Yogyakarta, menjadi sorotan publik terkait permohonan mereka akan dukungan oksigen untuk penanganan pasien Covid-19 pada Sabtu (3/7).
Permohonan tersebut disampaikan Direktur Utama RSUP Dr Sardjito, Rukmono Siswishanto melalui surat yang ia tujukan kepada Menteri Kesehatan dan sejumlah pejabat terkait di DIY. Selepas permohonan itu, RSUP Dr Sardjito juga mencatat ada 63 pasien yang meninggal sepanjang Sabtu (3/7) hingga Minggu (4/7) pagi.
Publik kemudian menduga kematian puluhan orang itu lantaran kehabisan oksigen. Namun demikian, Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan membantah bahwa tak semuanya yang meninggal akibat kekurangan oksigen. Ia menyebut, pasien yang meninggal pasca oksigen central habis pukul 20.00 WIB jumlahnya 33 pasien.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi, lanjutnya, 33 pasien yang meninggal itu pun sudah dalam kondisi tersuplai oksigen dari tabung. Mereka tak tertolong karena memang kondisinya sudah berat atau masalah klinis. Sebanyak 15 pasien meninggal di UGD.
"Mereka tetap tersuplai oksigen walaupun dengan tabung, meninggal karena dengan kondisi ventilator hanya sekitar empat pasien," kata Banu.
Kabar 63 pasien meninggal sebelumnya disampaikan anggota Komisi D DPRD DIY Muhammad Yazid yang mengaku memperoleh informasi tersebut dari sumber terpercaya di RSUP Dr Sardjito.
Dia menjamin kevalidannya, meski pihak rumah sakit tak mau mengakuinya.
"63 ya tidak semua (penyebab kematian) kekurangan oksigen. Secara klinis ya meninggal, meskipun Covid itu ya," ucapnya.
Merespons kegentingan itu, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Melki Laka Lena meminta Kementerian Kesehatan bertanggung jawab soal keterlambatan pasokan oksigen yang diduga menyebabkan puluhan pasien di RSUP Dr Sardjito meninggal dunia.
Pasalnya, menurut Melki, RSUP dr Sardjito sudah mengirimkan surat ke Kemenkes tentang kondisi pasokan oksigen yang dimiliki pada 3 Juli. Melki menilai Kemenkes seharusnya langsung bergerak merespons informasi soal pasokan oksigen.
Teranyar, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyebut daerahnya mendapat alokasi jatah oksigen medis untuk penanganan pasien Covid-19 maupun non-Covid sebanyak 47,6 ton sehari.
Hal itu disampaikan Sultan usai mengikuti rapat koordinasi bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, membahas masalah kelangkaan oksigen di DIY, Minggu petang.
Sultan mengatakan, hasil rapat memutuskan pemerintah pusat sepakat mengalokasikan jatah oksigen rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 maupun reguler di DIY dengan kapasitas lebih dari biasanya.
Sultan menjelaskan, rata-rata kebutuhan oksigen di rumah sakit rujukan Covid maupun bukan di wilayahnya hanya berkisar 20 ton per hari. Namun, lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi belakangan membuat pemakaiannya naik lebih dari dua kali lipat seharinya.
(khr/psp)