Kesaksian Warga Negatif Covid Dipaksa Isolasi di RS Demak

CNN Indonesia
Rabu, 07 Jul 2021 16:29 WIB
Ilustrasi penanganan pasien di ruang isolasi rumah sakit. Foto: ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI
Jakarta, CNN Indonesia --

Warga Demak, Jawa Tengah Aldi --bukan nama sebenarnya-- mengatakan saudaranya yang berinisial SP dipaksa untuk masuk ruang isolasi Covid-19 di satu rumah sakit di kotanya. Padahal, kata dia, SP tidak terkonfirmasi positif Covid-19.

Aldi  bercerita, awalnya SP datang ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan oksigen. SP saat itu punya keluhan sesak napas. Dia menduga akibat kelelahan bekerja. Sementara SP dan keluarga kesulitan mencari oksigen di berbagai tempat.

Sesampainya di sana, SP langsung dicarikan ruang rawat. Namun, setelah satu jam, pihak RS mengatakan tidak ada ruang kosong. Pihak RS lantas menawarkan ruang isolasi Covid-19. Namun, keluarga menolak karena SP tidak positif Covid-19. Hasil tes menunjukkan SP negatif Covid-19.

Akan tetapi, kata Aldi , pihak rumah sakit terus membujuk SP dan keluarga untuk setuju masuk ruang isolasi Covid-19 agar mendapatkan oksigen. SP dan keluarga pun terpaksa setuju. SP dimasukkan ke ruang isolasi bersama dua pasien Covid-19.

"Tes di RS tersebut hasilnya negatif. Akhirnya dimasukkan ke tempat isolasi. Kita mau enggak mau ngalah karena kita butuh oksigen," ucap Aldi  kepada CNNIndonesia.com, Rabu (7/7).

Setelah menyetujui masuk ruang isolasi, keluarga SP langsung mengurus administrasi. Saat itu, perawatan SP menggunakan BPJS Kesehatan dari tempat kerjanya. Pengajuan BPJS itu pun disetujui oleh pihak RS.

Pihak RS menyatakan, SP dirawat satu sampai dua hari, setelah itu bisa pulang karena kondisi SP tidak terlalu parah.

Namun, setelah dua hari berlalu, pihak rumah sakit menolak untuk memulangkan SP. Padahal, kata Aldi , kondisi SP sudah membaik.

Pihak RS kemudian meminta SP untuk melakukan tes rapid antigen. Hasilnya kembali menunjukkan hasil negatif. Namun, pihak RS masih tak mau memulangkan SP.

Pihak RS, kata Aldi , malah meminta SP untuk membayar tagihan rawat inap dan oksigen sebagai syarat pulang. Pihak RS juga menyebut BPJS Kesehatan tidak berlaku untuk pasien noncovid-19.

"Di hari keempat kita telepon, 'sus kita dapat kabar dari pasien, beliau kondisi badan sudah fit beliau minta pulang dan rawat jalan karena mau kerja juga kan. Susternya jawab panas; 'lah kalau mau pulang, pulang aja silakan ke administrasi silakan bayar semua biaya'," cerita Aldi .

"Padahal sudah tandatangan bisa pake BPJS. Itu yang saya garis bawahi. kalau misalkan enggak bisa pakai BPJS dari awal kenapa diperbolehkan dapat ruangan tersebut," ucap dia.

[Gambas:Instagram]

Aldi  mengatakan, pihak RS kemudian menyarankan untuk membuat surat pulang paksa dari RT/RW jika SP ingin pulang. Namun, tak sempat Aldi  mengurusnya, SP sudah dikeluarkan dari RS dengan membawa surat Covid-19.

"Pasien sudah di luar, bawa minum, dan bawa surat. Suratnya itu adalah diagnosa Covid. Nah gejalanya juga gejala Covid semua yang dituliskan di surat tersebut. Padahal pasiennya juga enggak ada gejala Covid. Cuma sesak napas aja dia enggak kayak mual, enggak muntah-muntah segala macam," jelas dia.

Dihubungi terpisah, HRD RS terkait, Karno lewat petugas keamanan RS, Darmo mengatakan pihaknya tak pernah memaksa pasien noncovid masuk ke ruang isolasi. Ia menyebut kabar tersebut hoax.

"Ini kita sudah konfirmasi dengan pihak kantor, di tempat kami kalau antigennya tidak positif, tidak kita masukan [ruang isolasi]. Itu berita bohong," ucapnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (7/7).

Ia juga mengklaim jika pihak RS masih menerima pelayanan BPJS Kesehatan untuk pasien noncovid-19.

"Kalau rawat inap kalau kriteria dari dokternya bisa rawat inap BPJS bisa dipakai di sini. orang lahiran, orang biasa sakit, pake BPJS juga ada," ucap dia.

Kejadian yang menimpa SP mirip dengan pengakuan Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono yang mengungkap dugaan permainan rumah sakit yang berusaha 'meng-covid-kan' pasien demi mendulang keuntungan di balik bisnis medis kala pandemi.

Perhimpunan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Daerah Jawa Tengah (Jateng) bereaksi keras dengan pernyataan Budhi tersebut.

PERSI meminta Budhi mengklarifikasi tudingannya terkait dengan rumah sakit yang mencari pasien Covid-19 untuk memperoleh klaim biaya, sales rumah sakit yang mendapat honor, hingga sikap Pemerintah Kabupaten Banjarnegara merespons kejadian tersebut.

Alih-alih merespons surat terbuka dari PERSI, Budhi belakangan menyatakan kini dirinya memilih untuk meniru kebijakan Singapura yang mengajak warganya hidup berdampingan dengan Covid-19, seperti layaknya influenza.

--

Catatan redaksi: berita dikoreksi pada Kamis (8/6). 

(yla/gil)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK