Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Menusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan data kecukupan oksigen kerap tak sesuai dengan pemenuhan bagi pasien Covid-19 di lapangan.
"Kalau pendekatannya kuantitatif, kita tidak akan benar-benar tahu karena perhitungannya juga dari atas meja," kata Muhadjir saat memberikan kuliah umum kepada Peserta PPRA LXII dan PPSA XXII tahun 2021 Lemhanas melalui daring, Rabu (7/7).
"Kalau hitungan kebutuhan oksigennya sekian dan ketersediaan sekian artinya cukup, padahal di lapangan kenyataannya orang-orang masih sangat kekurangan oksigen," kata dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, dia meminta kebijakan dilakukan dengan pendekatan kualitatif, tak hanya kuantitatif atau angka. Selain itu, katanya, pemantauan ke lapangan juga diperlukan.
"Untuk mengatasi persoalan bangsa diperlukan strategi dan terutama tindakan nyata di lapangan. Termasuk dalam upaya pembangunan sumber daya manusia dan kebudayaan Indonesia yang lebih kuat," kata dia.
Hal ini dikatakannya usai melakukan peninjauan terhadap pabrik oksigen, yaitu PT Aneka Gas Industri di Cibitung dan PT Air Products Indonesia di Cikarang, Senin (5/7). Dua perusahaan tersebut termasuk empat produsen oksigen terbesar di Indonesia.
"Saya hari ini turun langsung ke lapangan menindaklanjuti kelangkaan kebutuhan oksigen di RS, memastikan bahwa di sektor hulu, tempat produksi aman," ujarnya usai meninjau pabrik PT Aneka Gas Industri, dikutip dari laman Kemenko PMK.
PT Aneka Gas Industri merupakan anak perusahaan Samator Group yang mampu memproduksi oksigen hingga 977,4 ton per hari di masa darurat Covid-19. Berdasarkan laporan, 95 persen alokasi produksi didistribusikan untuk RS khususnya yang menangani pasien Covid-19.
Sementara itu, PT Air Products Indonesia, yang merupakan perusahaan multinasional asal Amerika Serikat, memproduksi 85 ton oksigen per hari untuk pabrik yang beroperasi di Cikarang dan 225 ton per hari untuk pabrik di Gresik.
Di saat yang sama, antrean warga yang mencari oksigen bagi pasien Covid-19 isolasi mandiri di sejumlah sentra pengisian mengular. Sejumlah rumah sakit di berbagai daerah pun sempat mengalami kelangkaan oksigen.
Terpisah, Wali Kota Bandung Oded M. Danial menyatakan pasokan oksigen untuk rumah sakit yang menangani pasien Covid-19 di wilayahnya aman.
"Ada empat penyuplai di Kota Bandung. Mereka saling melengkapi. Kalau di sini kurang, bisa dapat dari tempat lain," kata Oded di kantor Aneka Gas Industri, salah satu penyuplai gas Samator Group, Rabu (7/7).
"Insyaallah ke depan semua aman, karena semua mitra rumah sakit yang ada di Kota Bandung sudah lengkap dan sudah bisa berjalan. Stoknya bisa mencukupi," lanjutnya.
Sementara itu, Manajer Area Samator Grup Chandra Subekti mengatakan saat ini di PT Aneka Gas Industri sudah sepenuhnya melayani kebutuhan untuk medis. Pihaknya sudah tidak melayani permintaan oksigen untuk industri.
"Sekarang semua full untuk medical. Di sini sebelum pandemi 30 persen untuk industri. Setelah pandemi, untuk industri sedikit demi sedikit kita kurangi sampai sekarang full 100 persen untuk medical," kata dia.
Pihaknya sudah menaikkan kapasitas produksi harian hingga 1.100 tabung berkapasitas 6 meter kubik, dari sebelumnya 250 tabung per hari.
![]() |
Sementara itu, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Jasa Sarana menyatakan bahwa kabar yang beredar di media sosial terkait posko oksigen gratis di kantor mereka di Jalan Banda, Kota Bandung, merupakan informasi bohong atau hoaks.
Direktur Utama (Dirut) PT Jasa Sarana Hanif Mantiq menekankan, pihaknya saat ini fokus memenuhi kebutuhan oksigen di rumah sakit. Selain membantu distribusi oksigen, pihaknya melakukan pengadaan 400 unit tabung oksigen untuk penanganan Covid-19.
"Tidak benar kita menyediakan gratis oksigen. Yang benar adalah kita membantu rumah sakit untuk kebutuhan oksigennya," kata Hanif dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Rabu (7/6).
(tst/hyg/arh)