Kapolda Sulteng Minta Teroris MIT Bertobat dan Serahkan Diri
Kapolda Sulawesi Tengah, Irjen Abdul Rakhman Baso meminta agar anggota teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso segera bertobat dan menyerahkan diri untuk menjalani hukuman.
"Masih ada kesempatan untuk bertobat, memperbaiki kesalahan dan berkumpul kembali dengan keluarga yang sudah lama merindukan kepulangan kalian," kata Wakasatgas Humas Operasi Madago Raya, AKBP Bronto Budiyono menyampaikan pesan Kapolda Sulteng untuk kelompok MIT, Kamis (22/7).
Dia mengultimatum kelompok teroris tersebut dengan menyatakan akan segera menuntaskan pencarian sisa teroris yang ada dalam daftar pencarian orang (DPO).
"Kapolda Sulteng selaku penanggung jawab kebijakan operasi (PJKO) satgas Madago Raya tidak ingin berlama-lama menuntaskan pencarian sisa DPO teroris Poso," ujar Bronto.
Bronto menjelaskan bahwa Satgas akan melakukan patroli skala besar untuk menyisir enam DPO yang tersisa. Hal tersebut, kata dia, dilakukan pasca tim menembak mati tiga DPO dalam satu pekan terakhir.
Kata dia, polisi juga mencoba untuk memutus rantai pemberian suplai logistik oleh bahan makanan kepada para DPO teroris.
"Mencegah para simpatisan yang ingin memberikan suplai logistik atau bahan makanan," jelasnya.
Dalam hal ini, Kapolda turut melakukan penyisiran ke beberapa lokasi untuk melacak keberadaan teroris MIT pada Rabu (21/7) kemarin.
Penyisiran dilakukan ke wilayah Lore Uatra atau Napu. Kemudian, dilanjutkan hingga ke Kabupaten Sigi. Kapolda mengecek kelengkapan logistik anggota agar dapat segera menuntaskan perburuan DPO teroris.
"Kekuatan logistik untuk pasukan yang berada di medan operasi perlu diperhatikan, karena itu adalah kunci keberhasilan dalam tugas operasi, tanpa logistik yang cukup mustahil operasi akan berhasil," kata dia.
Sebagai informasi, saat ini tersisa enam DPO yang masih diburu oleh Satgas Madago Raya. Terakhir, tim menembak mati teroris bernama Budirman alias Abu Alim alias Hanif alias Ambo di wilayah Torue, Pagiti Moutong pada Sabtu (17/7).
Kontak tembak sebelumnya, terjadi pada Minggu (11/7). Dimana, dua jenazah tewas tertembak dan berada di di dalam jurang. Proses evakuasi baru rampung setelah empat hari.
Pasukan TNI di lapangan mengubah rencana evakuasi yang semula melalui udara kini menggunakan rakit untuk menyusuri sungai.
(mjo/bmw)