Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan mencatat sejauh ini sudah ada 966 kasus mutasi virus SARS-CoV-2 yang digolongkan sebagai 'Variant of Concern (VoC)' di Indonesia. VoC merupakan varian yang diwaspadai oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), mereka yakni B117 Alfa, B1351 Beta, dan B1617.2 Delta. Dari total itu, 897 kasus terdeteksi sebagai varian Delta.
Dari ketiga VoC itu, varian Delta paling diwaspadai lantaran dinilai memiliki tingkat penularan yang tinggi dan agresif. Kemenkes menyebut kecepatan penularan varian Delta 6 kali dari varian Alfa, sehingga mampu menciptakan penularan yang eksponensial.
Apabila dilihat dari data yang merupakan perkembangan terkini per 24 Juli 2021, dan baru-baru ini diunggah dalam situs https://www.litbang.kemkes.go.id/, terlihat peningkatan paling progresif terjadi pada varian Delta. Dari yang sebelumnya 802 kasus di 21 Juli, kini di 24 Juli sudah bertambah menjadi 897 kasus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun dari ratusan temuan varian itu teridentifikasi di Indonesia berdasarkan hasil Whole Genome Sequence (WGS) terhadap total 3.407 spesimen yang diperiksa. WHO baru menetapkan ada empat varian yang masuk dalam kategori ini yaitu B117, B1351, B1617, dan P1. Hanya P1 yang belum teridentifikasi di Tanah Air.
Balitbangkes kemudian mencatat, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan temuan varian Delta terbanyak, yakni 296 kasus. Disusul Jawa Barat dengan 254 kasus, dan Jawa Tengah 154 kasus varian Delta.
Namun demikian, yang menjadi perhatian adalah penambahan varian Delta di Nusa Tenggara Timur (NTT). Dari yang di 21 Juli berjumlah 16 kasus, kini sudah bertambah menjadi 40 kasus varian Delta, atau bisa dikatakan meningkat 2,5 kali lipat selama kurun waktu tiga hari saja.
VoC merupakan varian yang memiliki mutasi yang mempengaruhi sifat penularan, kepekaan alat tes, keparahan gejala, hingga kemampuan virus menghindari sistem imunitas. Hanya saja masih sedikit bukti sehingga perlu penelitian lebih lanjut.
Berikut merupakan sebaran provinsi dan temuan kasus dari tiga varian tersebut.
Sumatera Utara: 2 kasus
Riau: 1 kasus
Sumatera Selatan: 1 kasus
Kepulauan Riau: 3 kasus
DKI Jakarta: 35 kasus
Jawa Tengah: 1 kasus
Jawa Barat: 9 kasus
Jawa Timur: 2 kasus
Bali: 1 kasus
Kalimantan Selatan: 1 kasus
Kalimantan Tengah: 1 kasus
DKI Jakarta: 8 kasus
Jawa Barat: 2 kasus
Jawa Timur: 1 kasus
Bali: 1 kasus
Sumatera Utara: 20 kasus
Sumatera Selatan: 8 kasus
Bengkulu: 3 kasus
Lampung: 3 kasus
Kepulauan Riau: 1 kasus
Kalimantan Tengah: 4 kasus
Kalimantan Timur: 13 kasus
Kalimantan Utara: 8 kasus
DKI Jakarta: 296 kasus
Jawa Tengah: 154 kasus
Banten: 12 kasus
Jawa Barat: 254 kasus
Jawa Timur: 14 kasus
DI Yogyakarta: 20 kasus
Bali: 8 kasus
Nusa Tenggara Barat: 16 kasus
Nusa Tenggara Timur: 40 kasus
Sulawesi Selatan: 11 kasus
Sulawesi Barat: 1 kasus
Gorontalo: 1 kasus
Papua: 10 kasus