Dokter hewan Taman Margasatwa Ragunan (TMR) Ahmad Muchsin menjelaskan teknik pengambilan sampel tes swab PCR enam dari sembilan Harimau Sumatra atau Panthera Tigris Sumatrae.
Menurut Muchsin, dalam pengambilan sampel kali ini, harimau-harimau itu tidak dibius. Tes dilakukan saat harimau dalam keadaan sadar.
Sebagaimana tes swab kepada manusia, tenaga kesehatan juga mencolok stik swab ke dalam hidung kucing besar itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada kedalaman tertentu dari lab yang sudah memberikan alat sehingga memungkinkan pengambilan sampel tersebut (akurat)," kata Muchsin saat kepada awak media di depan kandang harimau sumatera Taman Margasatwa Ragunan, Senin (2/8).
Meski demikian, pihak tenaga kesehatan tidak bisa langsung mengambil sampel begitu saja. Semua harimau tersebut harus sudah dikondisikan sejak pagi agar mereka merasa nyaman.
Lihat Juga : |
Saat mengambil sampel, tenaga kesehatan ditemani keeper atau penjaga yang sudah dekat dengan harimau. Orang-orang yang asing bagi kucing besar itu juga tidak diizinkan mendekat.
"Tapi pasti satwa ada hal-hal yang harus diwaspadai, sehingga kami pancing dengan makanan yang dia sukai," jelas Muchsin.
Setelah itu, tenaga kesehatan akan mengambil sampel dengan mencolok stik swab ke hidung harimau dengan hati-hati.
Menurut Muchsin, seperti halnya manusia, saat menjalani tes swab PCR harimau juga merasa tidak nyaman. Hal itu membuat mereka mengaum.
Pantauan CNNIndonesia.com, selama proses pengambilan sampel terdengar suara harimau mengaum berkali-kali dari dalam kandang.
"Makanya ada auman itu bisa jadi pas dia dicolok ataupun kondisi-kondisi yang mungkin, ya ada beberapa teman yang nge-shoot (mengambil gambar) itu mungkin jadi salah satunya yang bikin satwa tidak nyaman," jelas Muchsin.
Proses selanjutnya adalah pemeriksaan laboratorium terhadap hasil sampel enam harimau sumatera itu.
Tes ini akan dilakukan di laboratorium milik Balai Besar Veteriner (Bvet) Subang, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.
Subkoordinator Informasi Veteriner Bvet Subang Aprizal Panus mengatakan sampel akan diuji dengan metode PCR. Secara umum, tindakan ini sama dengan pengujian terhadap sampel dari manusia dan memakan waktu satu hingga dua hari.
"Akan kita uji dengan metode PCR, sama seperti di manusia," jelas Aprizal.
Menurut Aprizal, Reagen yang digunakan secara umum juga sama. Meski demikian, terdapat bagian yang berbeda.
"Ada satu jenis namanya primer untuk reagen di PCR, nah itu yang berbeda," tuturnya.
Lebih lanjut, Aprizal menuturkan jika hasil tes positif, pihaknya akan melakukan tes genome. Tindakan ini dilakukan untuk memeriksa karakteristik virus tersebut.
Selain itu, salah satu tujuan tes ini adalah untuk mengetahui apakah jenis varian virus yang menginfeksi kucing besar itu sama dengan yang terjadi pada manusia. Tes ini membutuhkan waktu sekitar satu minggu.
"Agar ketahuan variannya apakah sama dengan yang menginfeksi di manusia atau tidak," jelas Aprizal.